Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Petunjuk Praktis Beternak Ayam Kampung

1 Pembaca
Rp 23.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 69.000 13%
Rp 19.933 /orang
Rp 59.800

5 Pembaca
Rp 115.000 20%
Rp 18.400 /orang
Rp 92.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Jika kita amati, di bidang peternakan (termasuk ayam kampung), dikenal tiga sistem pemeliharaan, yaitu sistem ekstensif, sistem semi intensif, dan sistem intesif. Yaang pertama adalah sistem ekstensif. Dalam sistem ini, campur tangan manusia sebagai pemilik ternak hampir tidak ada.

Ternak hanya dilepas begitu saja untuk mencari makanannya sendiri dan akan datang sendiri ketika malam tiba. Pemilik tidak memberikan apa-apa (terutama makanan) kepada ternaknya. Pemilik akan mengambil ternak atau telurnya ketika membutuhkannya, misalnya untuk dijual atau buat hajatan

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Neni Suhaeni
Editor: Adiel MT

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023502684
Terbit: Februari 2016 , 56 Halaman










Ikhtisar

Jika kita amati, di bidang peternakan (termasuk ayam kampung), dikenal tiga sistem pemeliharaan, yaitu sistem ekstensif, sistem semi intensif, dan sistem intesif. Yaang pertama adalah sistem ekstensif. Dalam sistem ini, campur tangan manusia sebagai pemilik ternak hampir tidak ada.

Ternak hanya dilepas begitu saja untuk mencari makanannya sendiri dan akan datang sendiri ketika malam tiba. Pemilik tidak memberikan apa-apa (terutama makanan) kepada ternaknya. Pemilik akan mengambil ternak atau telurnya ketika membutuhkannya, misalnya untuk dijual atau buat hajatan

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
Ayam kampung sangat terkenal dan banyak ditemui di mana-mana, dari pelosok kampung hingga ke kota. Tetapi, jika dicermati, masih sangat sedikit orang yang benar-benar mengenal sosok ayam kampung beserta seluk-beluknya secara mendalam.

Inilah antara lain yang menjadi faktor penyebab mengapa pemeliharaan dan perkembangbiakan ayam kampung jauh tertinggal dibandingkan dengan ayam- ayam jenis lainnya. Nenek moyang ayam kampung adalah ayam hutan. Ayam hutan, khususnya yang jantan, kepala dan punggungnya berwarna hitam kehijauan mengkilat.

Tiap bulu pada pangkal ekor berwarna kekuningan. Ekornya hitam, panjang, dan berbentuk garpu. Ekor dan badannya sama panjang. Adapun yang betina berwarna kecokelatan. Ekornya sedikit lebih pendek daripada panjang badannya. Ayam hutan hidup di hutan terbuka daerah pegunungan pada ketinggian 1.000–1.500 meter dari permukaan laut.

Kadang berkeliaran hingga ke perkebunan atau perladangan dan suka bergerombol. Ayam hutan ini kemungkinan berasal dari pulau Jawa yang kemudian tersebar hingga ke Nusa Tenggara. Ayam hutan pandai terbang, tetapi lebih suka dekat tanah untuk mencari makan. Makanannya berupa biji-bijian, serangga, semut, belalang, dan binatang-binatang kecil lainnya.

Sifat-sifat ayam kampung masih banyak yang mirip ayam hutan sebagai nenek moyangnya. Setelah berevolusi, telur ayam kampung ternyata lebih banyak dan lebih besar dibandingkan telur ayam hutan. Setelah bertelur 12 butir, ayam kampung lalu mengeram, sementara ayam hutan telah mengeram setelah bertelur 5 butir.

Ayam kampung mempunyai warna yang beragam, mulai dari hitam, putih, kekuningan, kecokelatan, merah tua, dan kombinasi dari warna-warna itu dan warna-warna lainnya. Badan ayam kampung berbentuk kecil, mirip dengan badan ayam ras petelur tipe ringan. Ayam kampung tidak dibedakan atas penghasil daging atau telur, sebagaimana layaknya ayam ras. Badan ayam kampung yang benar-benar dewasa dapat dilihat pada babon yang telah tiga sampai empat kali mengerami telurnya.

Daging ayam kampung jauh lebih enak, lebih gurih, lebih lezat, lebih kenyal, dan lebih menyehatkan badan dibandingkan ayam broiler (ayam potong atau ayam pedaging). Untuk itu, harga ayam kampung jauh lebih mahal dibandingkan dengan ayam broiler, yang pertumbuhannya lebih cepat dan pesat. Jika daging ayam kampung terasa kenyal dan nyaman dikunyah, maka daging ayam broiler sangat lunak, mudah hancur, dan kurang nyaman dikunyah dan dirasakan.

Begitu juga, telur ayam kampung lebih mahal dibandingkan telur ayam petelur yang banyak dijual di pasaran. Telur ayam kampung lebih bergizi dan lebih berkhasiat dibandingkan telur ayam petelur. Telur ayam kampung sering dipakai untuk mengobati bermacam-macam penyakit dan untuk mendongkrak stamina yang loyo, sementara telur ayam petelur (ayam ras) hanya bisa dikonsumsi sebagai makanan saja.

Karena harganya yang mahal, maka ayam kampung dan telurnya dikonsumsi secara terbatas oleh beberapa kalangan. Di zaman modern, orang lebih banyak mengonsumsi daging ayam potong dan telur ayam petelur secara massal.

Karena kondisi seperti itulah, maka kita sangat layak untuk mengembangbiakkan ayam kampung secara lebih baik dan intensif. Hal ini layak dilakukan karena daging ayam kampung jauh lebih enak, gurih, lezat, dan menyehatkan dibandingkan ayam-ayam jenis lainnya, khususnya ayam potong.

Dari segi sosoknya, ayam kampung juga tampak lebih indah, elok, dan enak dipandang (terutama yang jantan) dibandingkan dengan ayam-ayam jenis lainnya, khususnya ayam broiler yang diproduksi secara massal dalam waktu yang singkat. Karena punya nilai kesehatan, nilai estetika, dan nilai ekonomi yang lumayan tinggi dan berkualitas, maka ayam kampung layak dipelihara, diternakkan, dikembangbiakkan, dan dibudi dayakan

Daftar Isi

Sampul
Tentang penulis
Daftar isi
Pendahuluan
Bab 1 Model pemeliharaan ayam kampung
     Sistem ekstensif
     Sistem semi intensif
     Sistem intensif
     Tidur dan Makan sekenanya
     Kandang dan Makan sekadarnya
     Efektif, Produktif, Profesional
Bab 2 membuat kandang ayam kampung
     Yang perlu diperhatikan
     Model Kandang
     Sistem Lantai Litter
     Sistem Lantai Cage
Bab 3 Model model pemeliharaan ayam kampung
     Pemeliharaan anak ayam oleh induk sendiri
     Pemeliharaan anak ayam dengan induk Buatan
     Kematian
     Pemeliharaan lepas induk
     Pemeliharaan Masa Bertelur
     Produktivitas dan Kualitas Telur
     faktor yang Memengaruh
     Makanan
     Cahaya
     Kesehatan
     Perawatan atau Pemeliharaan
Bab 4 Teknik penetesan ayam kampung
Bab 5 Meracik makanan ayam kampung
Bab 6 Mengatasi penyakit ayam kampung
     Penyebab Penyakit
     Bakteri
     Virus
     Parasit
     Protozoa
     Faktor lain
     Temperatur
     Pemeliharaan
     Makanan
     Mencegah dan mengobati