Kini perkembangan pinstripe semakin marak. Bukan sekadar seni menggambar garis dengan kuas, para seniman mulai menawarkan kreasi traditional painting. Walaupun sama-sama tanpa bantuan kompresor, traditional painting identik dengan gambar 2 dimensi.
Dari situlah fenomena traditional painting (termasuk drawing atau menggambar) dan pinstripe berjalan beriringan. Tak jarang seni pinstripe diimbuhi dengan gambargambar yang menggunakan kuas atau alat lain bersifat manual.
Illustrator atau seniman muda bermunculan dan mulai merambah di dunia kustom kulture tanah air. “Awalnya sih bermain mural.
Sekarang malah sering dapat order untuk pinstripe, traditional painting dan drawing,” ujar Sony Septianto, seniman dari gerai Twist Paint, Surabaya.
Demikian pula yang dikembangkan oleh Minority Custom Motorcycles (MCM). “Berhubung sekarang sudah banyak order untuk gambar-gambar secara manual, kami menyiapkan divisi khusus untuk manual painting,” ujar Jonathan Evan, punggawa MCM.
Menggandeng Fahmi Dhanny, seorang illustrator muda asal Surabaya, beberapa teknik gambar manual menjadi aksen pemanis garapan MCM. “Umumnya memakai perpaduan kuas dan drawing pen. Tapi kalau memang konsumen minta bermain warna cukup luas, ya tetap ditambahkan bidang pengecatan pakai penbrush,” tutur Jon, sapaan Jonathan.
Perkembangan traditional painting dan drawing yang memunculkan artis muda, membuat banderol untuk proses menggambar lebih terjangkau.
Misal untuk menggambar helm. “Saya buka jasa mulai Rp 300 ribu untuk gambar paling sederhana,” ujar Sony, yang sempat meraih juara kontes Kustom Paint Battle di event Kustomfest 2016 lalu.
Diakui pula oleh MCM. Karena terbilang baru di ranah custom painting, “Ongkos untuk jasa gambar mulai Rp 1,5 juta per motor,” tambah Jon. Dan pastinya, “Semua tergantung dari tingkat kesulitan serta luas bidang yang digambar.”