Tampilkan di aplikasi

Honda GL100 1979, Salatiga

Tabloid OTO PLUS - Edisi 33/XIV
10 Februari 2017

Tabloid OTO PLUS - Edisi 33/XIV

Ketika trend board tracker booming dalam dunia custombikes, tak lepas dari balap board track yang melegenda di benua Amerika. Era tahun 1920 sampai 1930-an, dua pabrikan dari negeri Paman Sam seakan berlomba- lomba, yakni Harley Davidson serta Indian Motorcycles. / Foto : Ronnie

OTO PLUS
Kini beragam konsep board tracker dikembangkan oleh para builder dunia, termasuk di tanah air.

Salah satunya adalah Adi Widoyo selaku punggawa WW Custom, Salatiga.

Mengandalkan dapur pacu Honda GL100, pria yang akrab disapa Wewe tersebut menuangkan segala ide dan keahliannya. “Lebih bebas berkreasi karena motor pribadi,” ujarnya.

Sekilas memang mengacu pada tampilan motor balap board track ala Amerika Serikat, seperti Indian Motorcycles atau Harley Davidson lawas. Namun, “Saya pengin memberikan hal unik supaya tampil beda dibanding board tracker dari builder lain,” imbuhnya.

Paling utama adalah ketika memelototi posisi pedal-pedalnya.

“Saya pindah pedal rem di sisi kiri, sedangkan persneling pada sebelah kanan,” sahut Wewe.

Unik bukan? “Saya terinspirasi dari motor-motor klasik buatan Eropa, yang kebanyakan posisi pedal seperti itu,” terang pria 35 tahun ini.

Menggabungkan gaya Amerika dan Eropa dengan sentuhan jiwa seni personal, tak salah kalau malah memunculkan ciri khas tersendiri.

Makanya sebut saja konsep dari WW Custom ini sebagai Javanese Board Tracker.

Untuk membuat rangka, Wewe benar-benar memperhitungkan proporsional mesin dari GL100. “Saya pakai pipa seamless berbagai ukuran,” ungkapnya.

Misal untuk bagian belakang menggunakan ukuran 3/4 inci, sedangkan rangka tengah atau utama pilih diameter 1,25 inci. “Untuk ketebalan rata-rata 2 mm. Hanya pada rangka utama, saya pakai 3 mm supaya lebih kuat,” jelas pria asal Tegalrejo, Salatiga, Jawa Tengah ini.

Proses penggabungan seakan mengikuti trend global, yakni fillet (fill-it) brazed. Namun bukan berarti penyambungan antar pipa hanya mengandalkan sistem patri berbahan kuningan. “Tetap disambung pakai las listrik biar kokoh. Kesan klasik itu dibikin seperti cover. Lalu tetap pakai kuningan pula untuk nge-cor cover tersebut,” terang Wewe.
Tabloid OTO PLUS di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI