Tampilkan di aplikasi

Cerlang budaya Sangeang Bima

Majalah Peluang - Edisi 85
26 Maret 2018

Majalah Peluang - Edisi 85

Mereka mirip suku Baduy di Banten. Namun, orang Sangeang memiliki dua hal yang istimewa. Selain cakap membuat pinisi dengan teknik tradisional warisan leluhur, mereka juga pengendali api yang jempolan.

Peluang
NEGERI itu disebut Sangeang. Lengkapnya Gunung Sangeang Api. Berada di sebelah utara Kabupaten Bima, ujung timur Pulau Sumbawa, Provinsi NTB. Lokasinya 25 km dari Wera di daratan Pulau Sumbawa. Belum viral sebagai destinasi wisata. Hanya sedikit orang yang sengaja berkunjung ke sana.

Pada umumnya terbatas di kalangan warga Sangeang, komunitas pemancing ikan. Sebagai ajang perburuan rusa/menjangan, lokasi ini lebih menarik ketimbang lereng atau savanna Gunung Tambora. Secara etimologis, warga Gunung Sangeang kebaratan disamakan dengan orang Wera. Demikian pula sebaliknya. Bahkan warga Sangeang Darat, yang bermukim di daratan Wera, cenderung tak mau disebut orang Wera.

Mereka merasa mantap dengan klaim identitas sebagai warga Sangeang Pulau. Mitologi asal usul seperti ini sama halnya dengan keyakinan Suku Bajo di saentero Nusantara. Dalam kitab Nagarakretagama Majapahit, Sang Hyang Gunung Api ditemukan abad ke-14. Sejak kapan warga mendiami Gunung Sangeang? Tidak tersedia literatur untuk melacaknya.

Kecuali cerita dari mulut ke mulut dari para tetua. Bahwa masyarakat konon sudah menghuni Sangeang sejak zaman Ncuhi (masa sebelum kerajaan dikenal di Bima). Arkian, warga Sangeang punya pertalian darah dengan warga Palue di lereng Gunung Rokatenda, Flores, NTT. Warga Palue (disebut ‘Attapalue’), orang Sangeang menyebut diri ‘Attasangia’.

Komunitas terbatas ini dipimpin oleh jalu (kepala desa). Setiap musim panen, jalu mendatangi Raja Bima mempersembahkan hasil tanaman warga. Semacam upeti, begitulah. Komoditas yang dipersembahan berupa minyak kelapa, jagung, labu. Hasil utama pulau ini adalah labu dan tanaman hortikultura lain. Raja biasanya membalas ‘oleh-oleh’ sang jalu dengan pakaian, kopi dan gula.
Majalah Peluang di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI