Tampilkan di aplikasi

62.000 ton jagung bulog turun mutu

Majalah Peluang - Edisi 88
26 Maret 2018

Majalah Peluang - Edisi 88

Penjualan produksi petani jagung lokal agak seret.

Peluang
ISU kelangkaan jagung mencuat dengan kedatangan 29 peternak ayam broiler dan layer ke kantor Perum Bulog, di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Mereka, peternak yang berasal dari beri daerah di Pulau Jawa, mengeluhkan kesulitan mendapatkan jagung. Padahal, jagung merupakan bahan baku pokok untuk pembuatan pakan ayam.

Selain itu, mereka juga mengeluhkan turunnya harga ayam hidup atau live bird pada tingkat peternak yang menyentuh Rp12.000—Rp13.000/ekor. Harga tersebut jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) pada tingkat peternak sebesar Rp18.000/ ekor. Padahal, peternak harus mengeluarkan ongkos produksi rerata Rp16.500/ekor.

Terkait dengan jagung, Perum Bulog menyebut, kesulitan peternak ayam broiler dan layer dalam mendapatkan jagung segera akan tertanggulangi. Soalnya, menurut Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, Bulog masih punya stok jagung sekitar 62.000 ton yang tersebar di gudang Bulog Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Stok ini memang belum terserap oleh para peternak ayam.

Awalnya tersedia sekitar 200.000 ton. Jagung sebanyak itu didatangkan dari Brazil, akhir tahun 2016. “Sampai hari ini yang belum terserap itu masih 62.000 ton,” kata Djarot. Stok jagung yang belum terserap oleh para peternak ayam karena komunikasi yang tidak lancar antara para peternak dan Bulog.
Majalah Peluang di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI