Tampilkan di aplikasi

Berkibar di pasar purnabakti

Majalah Peluang - Edisi 102
3 September 2018

Majalah Peluang - Edisi 102

Alihalih meminjamkan dana, industri perbankan sendiri banyak yang kolaps sebelum akhirnya pemerintah turun tangan.

Peluang
Selama 20 tahun beroperasi, usaha KSP NASARI yang berfokus pada pembiayaan segmen purnabakti semakin berkembang dan dipercaya anggota. Semangat kepedulian yang menjadi nilai dasar pembentukan koperasi ini pun tetap lestari.

KRISIS 1998 menjadi lembaran hitam dalam sejarah ekonomi politik Indonesia. Krisis menyebabkan jutaan orang menganggur karena tempat bekerjanya bangkrut dan nilai tukar rupiah ambruk dihadapan dollar AS. Dalam waktu sekejap, banyak orang jatuh miskin dan kehilangan harapan terhadap masa depan.

Namun tidak demikian halnya dengan Sahala Panggabean. Ia justru melihat di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Berbekal pengalamannya selama bekerja di sebuah lembaga perbankan, Sahala lantas mendirikan KSP NASARI pada 31 Agustus 1998 di Semarang, Jawa Tengah.

Saat itu, pendirian koperasi memang sedang euforia karena Pemerintah memberi kemudahan izin untuk mendirikan koperasi. Akibatnya jumlah koperasi membengkak hingga 100 ribu unit. Motif pendirian koperasi bermacam-macam. Ada yang ingin membangun usaha bersama dengan memanfaatkan modal berbunga murah dari pemerintah, ada yang cuma latah berkoperasi, dan ada pula yang hanya sekadar ingin mendapatkan dana hibah.

Namun tidak demikian halnya dengan KSP NASARI. Koperasi yang didirikan Sahala itu berdiri di atas visi dan misi yang ideal, jauh dari sifat coba-coba apalagi hanya ingin memanfaatkan peluang dana murah pemerintah.

Pendirian KSP Nasari didasari niat yang luhur untuk saling menolong mereka yang sedang kesulitan. Semangat dan nilai itu tertera jelas dalam nama yang dipilih. Nasari dalam bahasa Batak bermakna Peduli.
Majalah Peluang di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI