Produk pertanian ikut menyumbang devisa untuk Indonesia. Meski nilainya lebih kecil dibanding ekspor hasil industri pengolahan, migas, dan hasil tambang, produk pertanian tetap berperan penting dalam neraca perdagangan Indonesia. Sayangnya, ekspor produk pertanian Indonesia tahun lalu mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor produk pertanian pada 2018 tercatat sebesar US$3,44 miliar. Nilainya turun 6,40% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$3,67 miliar.
Pemerintah, melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Ditjen PEN), terus berupaya mendongkrak ekspor Indonesia termasuk produk pertanian. Kunci utamanya adalah menggiatkan promosi di dalam dan luar negeri. “Saat ini Ditjen PEN menggalakkan promosi ekspor melalui kegiatan misi dagang dan pameran dagang yaitu Trade Expo Indonesia. Pada berbagai penyelenggaraan kegiatan promosi, Ditjen PEN juga selalu berkoordinasi dan mengundang partisipasi asosiasi pelaku usaha, termasuk pelaku usaha produk pertanian seperti kopi, kelapa sawit, dan kakao,” kata Sekretaris Ditjen PEN Ganef Judawati kepada PORTONEWS.
Mendongkrak ekspor produk pertanian tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh proses panjang dan hasilnya tidak instan. Produsen Indonesia juga menghadapi banyak tantangan dari produksi hingga sisi pemasaran. “Tantangannya adalah menjaga stabilitas produksi, logistik pengangkutan sekaligus menjamin produk hasil pertanian tersebut tetap dalam kondisi dan kualitas baik selama pengangkutan, dan persaingan dengan produk pertanian dari negara lain seperti Thailand,” ujar Ganef.
