Tampilkan di aplikasi

Teror mematikan di hari kebangkitan

Majalah Portonews - Edisi 05/2019
10 Juni 2019

Majalah Portonews - Edisi 05/2019

Polisi dan tim forensik memeriksa Geraja St Sebastian di Negombo, Sri Lanka, yang rusak parah karena ledakan bom bunuh diri. / Foto : Reuters

Portonews
Lebih dari 250 orang tewas dalam serangan bom bunuh diri saat umat Kristen Sri Lanka merayakan kebangkitan Yesus Kristus. Orang Sri Lanka punya pengalaman pahit berupa perang saudara di masa lalu.

Namun setelah perlawanan kelompok Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) berakhir pada Mei 2009, Sri Lanka relatif tenang. Sejak perang saudara berakhir, Sri Lanka tumbuh menjadi salah satu negara tujuan wisata favorit.

Pada 2009, jumlah orang yang berkunjung ke negara di Asia Selatan itu sekitar 448.000 orang. Dari tahun ke tahun, jumlah kunjungan terus meningkat. Pada 2018, lebih dari 2,3 juta orang melancong ke Sri Lanka.

Ketenangan yang sudah berlangsung satu dasawarsa itu terusik oleh serangan bom bunuh diri pada Minggu (21/4/2018) pagi. Sasarannya adalah Gereja St Anthony di Colombo, Gereja St Sebastian di Negombo, dan Gereja Zion di Batticaloa, serta Hotel Shangri-La, The Kingsbury, dan Cinnamon Grand di Colombo.

Ledakan juga terjadi di kompleks perumahan di Dehiwala ketika polisi berusaha menjinakkan bom. Setidaknya 253 orang tewas dan sekitar 500 orang mengalami luka-luka.

Sebelumnya, pemerintah Sri Lanka sempat menyebutkan korban tewas lebih dari 350 orang. Jumlahnya kemudian dikoreksi setelah tim forensik melakukan identifikasi DNA.

Delapan serangan bom bunuh diri ini terjadi antara pukul 08.45 dan 09.05 waktu setempat. Hingga berita ini diturunkan, aparat keamanan Sri Lanka telah mengamankan sekitar 100 orang.

Mereka ditangkap dengan berbagai tuduhan. Mulai dari dugaan tindak terorisme, membantu aksi terorisme, hingga konspirasi untuk melakukan aksi terorisme.
Majalah Portonews di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI