Tampilkan di aplikasi

Rezeki ujung jemari

Majalah Portonews - Edisi 11/2019
7 November 2019

Majalah Portonews - Edisi 11/2019

Meningkatnya kecepatan internet di Indonesia, yang dibarengi dengan turunnya harga data, membuka banyak peluang usaha di dunia maya.

Portonews
Cuitan Tifatul Sembiring pada akhir Januari 2014 silam sempat viral. “Tweeps Budiman, memangnya kalau internetnya cepat mau dipakai buat apa?...:D *MauTauBanget*,” tulis Tifatul, yang waktu itu menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika, di Twitter.

Waktu itu, kecepatan rata-rata internet di Indonesia hanya sekitar 1,5 Mbps. Sejak itu, kecepatan lalu-lintas data di negeri ini terus naik kira-kira 33 persen per tahun. Koneksi lewat jaringan kabel rata-rata sudah mencapai 15,5 Mbps. Untuk koneksi seluler, kecepatannya rata-rata 10 Mbps.

Meningkatnya kecepatan internet dibarengi dengan semakin murahnya harga data. Hampir semua operator seluler kini lebih menjual paket datanya. Pengguna bisa mendapatkan data sebesar 6 Gb di jaringan 4G dengan membayar hanya Rp25.000. Sinyal WiFi gratis juga bertaburan di mana-mana. Mulai dari taman, peron kereta, hingga kafe dan restoran.

Fenomena ini membuka banyak peluang berusaha di dunia maya. Produsen makanan dan pedagang tidak lagi perlu membuka toko fisik. Mereka cukup memajang barang dagangannya di media sosial atau lapak daring, menerima pembayaran lewat transfer, dan mengirimkan pesanan menggunakan layanan ojek online. Inilah jawaban untuk pertanyaan Tifatul di atas.

Laksmi Indrafatima adalah salah satu contoh sukses warganet yang mengais rezeki dengan ujung jari-jemarinya. Perempuan yang akrab dipanggil Amie itu sudah sekitar tiga tahun berjualan makanan dengan memanfaatkan kemudahan dunia digital. Dia mengawali bisnisnya pada Juli 2016, kira-kira setengah tahun selepas PHK massal dari salah satu surat kabar nasional.
Majalah Portonews di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI