Transparency International (TI) pada awal Februari 2021 meluncurkan indeks persepsi korupsi yang menempatkan skor Indonesia tahun 2020 menurun drastis (3 poin) dari 40/100 di tahun 2019 menjadi 37/100 di tahun 2020, yang menempatkan Indonesia di peringkat 102 dari 180 negara yang disurvei seluruh dunia.
Padahal, capaian 2019 dua tahun lalu merupakan skor tertinggi Indonesia setelah sebelumnya kinerja Indonesia terus menanjak (Transparency International, 2021). Meski kondisi ini telah diprediksi oleh berbagai pihak, namun anjloknya kinerja indeks persepsi korupsi ini dianggap dapat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap kondisi pemberantasan korupsi, good governance, serta kondisi investasi dan ekonomi di Indonesia.
Mengutip laporan dari Transparency International, terdapat 5 (lima) sumber data yang merosot jika dibandingkan dengan pengukuran tahun lalu, yakni (1) Global Insight, menurun 12 poin, PRS (Political Risk Service) menurun 8 poin, IMD World Competitiveness Yearbook turun 5 poin, PERC (Political Economic and Risk Consultancy) Asia turun tiga poin, serta Varieties of Democracy yang turun dua poin dari tahun lalu.
Sedangkan tiga indeks lainnya tetap/stagnan (World Economic Forum EOS; Bertelsmann Transformation Index dan Economist Intelligence Unit), dan hanya satu indikator yang mengalami kenaikan, yakni World Justice Project-Rule of Law Index (WJP-ROL). Meski mengalami kenaikan, namun secara agregat WJP-ROL tidak mampu mempengaruhi kontribusi penurunan CPI 2020, sebab dalam lima tahun terakhir indek ini selalu di bawah rerata score CPI tahunan.
Merujuk pada laporan Global Competitiveness Index yang disusun oleh Word Economic Forum pada 2017, korupsi adalah hambatan utama dalam melakukan bisnis di Indonesia. Oleh karenanya, penurunan CPI ini kemungkinan besar akan mempengaruhi perkembangan investasi dan ekonomi Indonesia.
