Tumbuhnya ekonomi kreatif, dukung printing bangkit di tahun 2019. Mengingat semakin tingginya perhatian pemerintah terhadap industri kreatif serta karena 16 subsektor industri kreatif tidak ada satupun yang tidak menggunakan jasa printing, maka di tahun 2019 usaha jasa printing optimis akan membaik.
Mengutip dari situs resmi Badan Ekonomi Kreatif, ekonomi kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi dan kini terdapat 16 subsektor industri kreatif di Indonesia. Adapun ke-16 subsektor tersebut adalah; 1. Aplikasi dan Pengembangan Permainan, 2. Arsitektur, 3. Desain Produk, 4. Fesyen, 5. Desain Interior, 6. Desain Komunikasi Visual, 7. Seni Pertunjukan, 8. Film, Animasi dan Video, 9. Fotografi, 10. Kriya, 11. Kuliner, 12. Musik, 13. Penerbitan, 14. Periklanan, 15. Seni rupa, 16. Televisi dan Radio.
Dan perlu dimaklumi, mengingat semakin tingginya perhatian pemerintah terhadap industri kreatif serta karena 16 subsektor industri kreatif tersebut melibatkan jasa printing dalam aktivitasnya, maka di tahun 2019 prosfek usaha jasa printing akan membaik. Hal ini antara lain dapat dilihat dari penjualan printer komersil secara nasional yang tumbuh positif, sebagaimana dikatakan Manager Commercial and Industrial Department Epson, Lina Mariani, ”Berkat tumbuhnya ekonomi kreatif, sampai kuartal tiga 2018 kami meraih pertumbuhan penjualan double digit dibanding periode yang sama tahun lalu.”
Sektor printing yang tampak jelas terdongkrak dengan bangkitnya ekonomi kreatif adalah sektor printing yang bergerak di bidang; fotografi, signage, dan tekstil. Sektor printing packaging untuk berbagai produk kuliner dan hijab printing atau baju muslim printing yang saat ini sedang booming, serta adanya aturan pemerintah yang membatasi impor tekstil, membuat produsen Indonesia dituntut untuk bisa menyuplai kebutuhan dalam negeri.
Hal ini menjadikan prospek industri printing yang berkaitan dengan sektor tersebut semakin baik. Sebaliknya, ada beberapa jenis usaha printing di Indonesia yang perlahan-lahan meredup seiring bersinarnya teknologi digital, seperti: pencetakan koran, tabloid, majalah dan buku. Hal ini terlihat dari semakin menurunnya oplah berbagai produk printing tersebut dan semakin banyaknya penggunaan smartphone untuk mengakses berbagai informasi terbaru.
Namun di negaranegara maju seperti di Eropa, dengan ditopang kemajuan teknologi di bidang mesin-mesin dan media atau bahan cetakan yang sangat beragam serta ringan, ditambah kesadaran akan kesehatan karena efek membaca pada media elektronik, kini kecenderungan membaca buku cetak seperti komik kembali bergairah di kalangan generasi muda.