Teknologi grafika yang sementara orang mengatakan atau mengidentikkan sama dengan percetakan, belakangan ini dengan semakin berkembangnya teknologi, (utamanya teknologi IT), menjadi tidak tepat benar. Hal ini di tandai dengan perkembangan teknologi grafika yang juga sudah menyerap dan mengadopsi teknologi IT kedalam proses produksi grafika.
Apabila ditelaah beberapa dasawarsa kebelakang (sekitar era 60 – 70 an) industri percetakan masih sangat dominan dengan menyatukan didalam proses produksinya kegiatan-kegiatan yang menyangkut: persiapan produksi yang didalamnya terdapat susun huruf (terdapat berbagai generasi penyusunan huruf), disain (awalnya masih sangat konvensional) dan pembuatan acuan (tergantung dari jenis sistem teknik cetaknya).
Sebagai contoh, pada era 60an, surat kabar yang beredar saat itu masih dicetak dengan teknik rotasi letterpress, (adalah suatu teknik cetak yang berbasis letterpress). Teknik cetak tersebut sekarang sudah tidak ada dan tidak ada lagi, mengingat teknik cetak itu kapasitasnya sangat rendah, mutunya juga sangat kurang memuaskan.
Dengan adanya perkembangan teknik produksi cetak mencetak di luar negeri demikian pesat, dibarengi dengan usaha pemerintah mencari bantuan dan sponsor dari luar negeri (salah satunya didirikan proyek pendidikan pelatihan grafika dari Negeri Belanda yang kemudian dikenal luas dengan Pusat Grafika Indonesia), memberikan andil yang tidak kecil bagi perkembangan grafika di tanah air.
Dengan dimulainya hubungan dengan luar negeri (utamanya negara produsen mesin-mesin cetak, industri dan pabrikpabrik yang memproduksi bahan pendukung percetakan, seperti: pabrik kertas, pabrik tinta, pabrik pelat, pabrik bahan kimia, dan lain-lain), maka lambat laun para pengusaha yang memang memiliki modal, kemudian menambah dan memperluas perusahaannya.
