Peluang Cetak 2023
Pada tahun 2023, secara umum dunia industri percetakan masih rentan terhadap dampak ketidakpastian ekonomi, krisis energi, dan gangguan rantai pasokan.
Meskipun kerja jarak jauh dan hybrid tidak akan hilang, tahun 2023 kita melihat kembalinya kantor secara lebih luas, yang dapat membantu meningkatkan pemulihan volume cetak.
“Ekonomi Indonesia di tahun depan sebagaimana prediksi berbagai lembaga keuangan dunia, baik itu OECD, IMF, World Bank, ADB (Asian Development Bank) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 4,7 sampai 5,1 (persen)”.
Demikian ujar Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto, dalam keterangan pers usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna , Selasa (06/12/2022) sore, di Kantor Presdien, Jakarta.
Ia menjelaskan proyeksi tersebut didasarkan pada peningkatan penanganan risiko COVID-19 dan percepatan vaksinasi yang relatif baik, dukungan fungsi APBN fiskal sebagai shock absorber, harga-harga komoditas yang tinggi, dan sukses presidensi G20 yang meningkatkan kredibilitas Indonesia di pasar internasional.
“Kemudian yang kedua, tentu kita memperhatikan lingkungan geopolitik global, inflasi global, scarring effect terhadap inflasi, kemudian cuaca ekstrem, dan terkait dengan inflasi,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Airlangga memperkirakan inflasi Indonesia dapat terkendali di angka 5,34 sampai 5,5 persen sampai akhir tahun. Sebelumnya, inflasi Indonesia tercatat di angka 5,9 persen, 5,72 persen, dan terakhir 5,34 persen.
Sehubungan dengan itu, Ketua Umum KOPI GRAFIKA atau Komunitas Printing Indonesia, Usman Batubara optimis ekonomi Indonesia cukup baik, namun perlu digaris bawahi bahwa perilaku pelanggan berubah, yaitu mempercepat konvergensi cetak dan digital.
Pelaku industri harus menyesuaikan penawaran produk dan layanan mereka untuk mendorong relevansi dalam lanskap teknologi yang berubah dengan cepat.
Agar bisnis industri cetak dalam berinovasi, tumbuh, dan tetap terdepan dalam menghadapi perubahan teknologi yang cepat, tentu kita telah mengidentifikasi beberapa hal yang terkait industri percetakan pada tahun 2023, yakni :
1. Meskipun kerja hybrid akan terus berlanjut, pemberi kerja dan karyawan akan mengevaluasi kembali ekspektasi terkait kerja jarak jauh. pada tahun 2023 kita mungkin melihat lebih sedikit penolakan untuk kembali ke kantor yang akan menyebabkan peningkatan tingkat hunian kantor.
2. Meskipun budaya digitalisasi untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi dampak lingkungan. Namun Kkebutuhan akan produk cetak berupa beragam kemasan dan label, buku sekolah, kitab suci serta cetakan akan keperluan pemilihan umum, pilpres dan pilkada ke depan akan terus meningkat.
3. Pimpinan DPR dan KPU telah sepakat anggaran Pemilu sebesar Rp76,6 Triliun, dan salah satu porsi anggaran terbesar adalah kebutuhan beragam produk cetak, seperti ; Adapun jadwal pelaksanaan Pemilu Pilpres digelar secara serentak pada 14 Februari 2024. Sementara Pilkada serentak akan dilaksanakan pada 27 November 2024.
Demikian juga dengan pendidikan, pada September 2022 lalu, Mendikbudristek telah menyampaikan bahwa alokasi DAK bidang pendidikan dalam RAPBN 2023 adalah sebesar Rp128 triliun terdiri dari DAK Nonfisik sebesar Rp112,8 triliun dan DAK Fisik sebesar Rp15,82 triliun.
Adapun rincian kegiatan pelaksanaan DAK Fisik bidang pendidikan tahun 2023 antara lain ; pengadaan buku koleksi perpustakaan (SD, SMP, SMP, SMK, pada daerah dengan angka literasi rendah), DAK Fisik bidang pendidikan juga digunakan untuk pengembangan perpustakaan yang dikoordinasikan oleh Perpustakaan Nasional dengan anggaran sebesar Rp525 miliar.
Peluang tentu kita optimis masih terbuka lebar, maka mari siapkan payung sebelum, siapkan SDM, peralatan dan lain-lainnya sebelum bertempur, agar kita bisa menang.
Semoga ...