Ikhtisar
Pidato kebudayaan Mochtar Lubis (1977) di Taman Ismail Marzuki (TIM) diterbitkan menjadi buku berjudul Manusia Indonesia. Karena gaya dan sikapnya yang lugas dalam mengupas terutama sifat-sifat negatif orang Indonesia, buku ini menimbulkan pendapat pro dan kontra, selain membangkitkan pemikiran kritis tentang manusia Indonesia.
Sifat-sifat manusia Indonesia yang dimaksud ialah munafik, tidak mau bertanggungjawab, berperilaku feodal, percaya pada takhyul, berbakat seni, dan lemah karakternya. Stereotipe ini tentu saja tidak semuanya benar, namun tidak juga seluruhnya salah. Ketika reformasi sedang berkembang, sosok manusia Indonesia seperti dilukiskan di atas lebih kuat lagi aktualitas dan relevansinya. beberapa penyebabnya ialah pendidikan, sistem, dan struktur politik yang ikut mengentalkan sifat-sifat negatif tersebut. dari kedua sudut pandang tersebut, buku Manusia Indonesia menyajikan bahan dan permulaan kerangka yang berguna untuk membangun kembali manusia Indonesia yang sedang porak-poranda.
Pendahuluan / Prolog
Pengantar
Dua kali almarhum Pak Margono Djojohadikusumo, ayah Prof. Soemitro Djojohadikusumo, datang ke redaksi Kompas di Palmerah Selatan Jakarta. Pertama ia menyampaikan protes, kenapa prajurit TNI yang gugur dalam operasi di Timor Timur bukan saja tidak diperlakukan sebagai pahlawan, melainkan diperlakukan secara diam-diam.
Kedatangannya yang kedua memprotes ceramah Mochtar Lubis tentang Manusia Indonesia. Masih saya ingat, pendapatnya tentang aristokrasi yang dihubungkannya dengan pernyataan Mochtar Lubis yang mengecam keras berlangsungnya feodalisme di Indonesia. Di antaranya ia katakan, arsitokrasi – itulah istilah yang dipakainya – jangan hanya dilihat segi negatifnya. Aristokrasi menunjuk pula ke sikap dan budi mulia.
Pidato Bung Mochtar yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia berjudul Manusia Indonesia, ramai dibicarakan. Gaya dan sikapnya yang terus terang mengupas terutama sifat-sifat negatif orang Indonesia kecuali mengundang pendapat pro dan kontra, terutama juga membangkitkan pemikiran kritis tentang manusia Indonesia. Memang bisa dipersoalkan, manusia Indonesia mana yang dimaksudkan, mengingat masyarakat bangsa Indonesia adalah masyarakat majemuk. Ada beragam suku bangsa, keturunan dan daerah.
Dari isi buku, dapatlah disimpulkan yang dimaksudkan oleh Mochtar Lubis sebagai manusia Indonesia, manusia Indonesia seperti yang distereotipkan. Atau meminjam ungkapan Walter Lippmann seperti yang tergambar dalam benak “pictures in our head”. Enam sifat disebut dan dipaparkan:
1. Munafik atau hipokrit, yang di antaranya menampilkan dan menyuburkan sikap ABS, asal bapak senang.
2. Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya.
3. Bersikap dan berperilaku feodal 4. Percaya takhyul 5. Artistik, berbakat seni 6. Lemah watak atau karakternya.
Stereotip tidak seluruhnya benar, tidak pula seluruhnya salah. Stereotip tumbuh dalam benak orang karena pengalaman, observasi, tetapi juga oleh prasangka dan generalisasi. Tetapi saya cenderung berpendapat, stereotip bermanfaat sebagai pangkal tolak serta bahan pemikiran serta penilaian secara kritis, maka aktual dan relevanlah buku ini.
Sungguh menarik, justru saat ini, tatkala reformasi sedang berkembang menjadi masa pancaroba, sosok Manusia Indonesia seperti dilukiskan wartawan-budayawan itu lebih kuat lagi aktualitas dan relevansinya. Tampak hadirnya dua gejala dalam perkembangan masyarakat. Di satu sisi tumbuh dan meluasnya sosok manusia Indonesia baru, bukan saja berpendidikan, tetapi juga kritis, berupaya menanggalkan sifat-sifat lama, lebih lugas, ya, ya, tidak tidak. Berorientasi kuat kepada kinerja. Bersikap fair, menuntut tetapi juga bekerja dan berprestasi. Berani bertanggung jawab.
Sebaliknya, terutama dalam lapisan elite politik dewasa ini, justru dikarikaturkan pandangan, sikap dan perilaku yang mengentalkan sifat-sifat negatif manusia Indonesia seperti digambarkan dalam buku ini. Ketika dicari latar belakang dan sebab-sebabnya, ditemukan beberapa hal. Pendidikan disebut sebagai salah satu faktor. Juga sistem dan struktur politik yang ikut mengentalkan sifat-sifat negatif itu.
Jika benar, pendidikan, sistem sosial politik serta struktur sosial merupakan latar belakang dan sebabnya, ke sanalah orang harus mencari pemecahannya. Kini tibalah zaman kebebasan. Pakailah kebebasan itu sebagai pisau analisa untuk secara tajam dan jujur mengupas seberapa jauh sosok Manusia Indonesia seperti digambarkan dalam buku itu masih berlaku dan bagaimana memperbaikinya.
Pendidikan yang tepat membantu banyak. Pendidikan haruslah menghasilkan sikap reflektif secara kritis. Inilah yang selama 30 tahun lebih surut, hadirnya pemikiran secara kritis dan mendalam terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan yang kita hadapi. Masyarakat dibawa larut oleh pragmatisme dan materialisme. Struktur sosial besar peranannya. Karena itu, sistem sosial politik seperti demokrasi dan sistem sosial ekonomi seperti ekonomi pasar yang beroh sosial, haruslah mengubah struktur sosial.
Bersama dan di dalam perubahan struktur sosial itu, usaha mengoreksi dan mengubah sifat-sifat negatif manusia Indonesia lebih menjanjikan. Dari sudut pandang itu, buku Manusia Indonesia menyajikan bahan dan permulaan kerangka yang berguna untuk membangun kembali manusia Indonesia. Masyarakat sedang porak-poranda. Inilah kesempatan untuk membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia kembali.
Daftar Isi
Sampul
Daftar isi
Pengantar
Manusia Indonesia
Ciri Kesatu
Ciri Kedua
Ciri Ketiga
Ciri keempat
Ciri Kelima
Ciri Keenam
Ciri Lainnya
Dunia kini
Kesimpulan
Tanggapan-tanggapan, Tanggapan atas Tanggapan
Tanggapan-Tanggapan
Kondisi dan Situasi Manusia Indonesia Masa Kini, Dilihat Dari Sudut Psikologi
Profil kepribadian
Pendekatan psikologi
Apakah yang sesungguhnya terjadi dengan manusia Indonesia?
Penutup
Kondisi dan Situasi Manusia Indonesia Masa Kini
Kelemahan logika
Memang saling bertentangan
Keberanian fisik
Dengan Buyung Nasution SH
Feodalisme, New-Feodalisme, Aristokrasi
Karikatur yang menggelikan
Bahan utama GBHN
Surat dari cucu
Jangan menyakiti hati orang
Cinta terhadap leluhur
Ksatria
Tidak boleh dilupakan
Tanggapan Atas Tanggapan
Menata Mendasar Kembali
Aparat pemerintah
Dari atas
Pertamina dan Palapa
Sistem distrik
Pendidikan mendesa
Kenal alam
Motor negara
Rencana mengkaki langit
Sesak panik
Menyambut Ceramah Mochtar Lubis*RENUNGAN TENTANG “MANUSIA INDONESIA MASAKINI
Dari dulu banyak disorot
Orang Jawa
Jawa: “Santai”
Lahirlah Sumpah Pemuda
Modal kita: Kemauan keras
Umumnya sama saja
Bukan monopoli Machiavelli
Lebih baik khianati seluruh dunia
Hipokrit, percaya takhyul dan sebagainya
Bukan pada seorang
Bapakisme
Kekurangan kaum teknokrat
Feodalisme sesudah ’28
“Boros” dan “lekas puas”
Satu hal amat nyata
Tongkat-tongkat estafet
Tanggapan Atas Tanggapan *Manusia Indonesia Kini
Tentang Penulis