Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kenduri Arwah

1 Pembaca
Rp 85.000 30%
Rp 59.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 178.500 13%
Rp 51.567 /orang
Rp 154.700

5 Pembaca
Rp 297.500 20%
Rp 47.600 /orang
Rp 238.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Setelah mendapatkan sepotong tulang ayam, kucing hitam melompat dari lubang pembuangan. Kucing hitam itu membawa tulang ayam menuju kebun ubi kayu. Di tengah kelam dan pantulan cahaya lampu yang semar-semar dari pekarangan belakang, Arini kehilangan kucing hitam di antara rumpun ubi kayu.

"Kau melihat ibumu?"
"Perempuan tua di sebelah itu siapa?"
"Nenekmu."
"Laki-laki tuatdi sebelahnya?"
"Kakekmu."
"Lalu, mereka yang datang di dalam gelap dengan wajah-wajah dingin itu?"
"Mereka, orang-orang sebelum nenekmu, sebelum kakekmu. Mereka yang telah mendahuluimu."

Laki-laki itu datang di antara asap putih yang membawa bau kemenyan tersapu angin malam, la tak sendiri. Kamaruzzaman beserta Farida, perempuan yang paling dicintainya. Perjalanan sepasang kekasih telah berakhir di atas gundukan tanah di pekarangan belakang. Tapi, Kamaruzzaman hendak menjumpai anak gadisnya untuk yang terakhir kali. Di hari ke-100. Ketika arwah kembali ke alam dunia.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: A.R. Rizal

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786236421185
Terbit: Desember 2021 , 299 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Setelah mendapatkan sepotong tulang ayam, kucing hitam melompat dari lubang pembuangan. Kucing hitam itu membawa tulang ayam menuju kebun ubi kayu. Di tengah kelam dan pantulan cahaya lampu yang semar-semar dari pekarangan belakang, Arini kehilangan kucing hitam di antara rumpun ubi kayu.

"Kau melihat ibumu?"
"Perempuan tua di sebelah itu siapa?"
"Nenekmu."
"Laki-laki tuatdi sebelahnya?"
"Kakekmu."
"Lalu, mereka yang datang di dalam gelap dengan wajah-wajah dingin itu?"
"Mereka, orang-orang sebelum nenekmu, sebelum kakekmu. Mereka yang telah mendahuluimu."

Laki-laki itu datang di antara asap putih yang membawa bau kemenyan tersapu angin malam, la tak sendiri. Kamaruzzaman beserta Farida, perempuan yang paling dicintainya. Perjalanan sepasang kekasih telah berakhir di atas gundukan tanah di pekarangan belakang. Tapi, Kamaruzzaman hendak menjumpai anak gadisnya untuk yang terakhir kali. Di hari ke-100. Ketika arwah kembali ke alam dunia.

Pendahuluan / Prolog

Malam Tahlil
Seorang laki-laki dengan kopiah hitam di kepala berjalan paling depan. Laki-laki yang lain dengan kain sarung melilit di leher mengikuti dari belakang. Mereka berjalan tergesa-gesa.

Melewati jalan kecil di antara rimbunan batang pisang. Di ujung jalan kecil tampak rumah kayu. Ketika malam, rumah kayu itu bercahaya dengan lampu pijar. Orang-orang sudah berkumpul membentuk lingkaran. Kedua laki-laki itu datang terlambat.

“Lailahailallah, lailahailallah, lailahailallah!”

Mulut mereka berkomat-kamit. Ada yang sambil menggoyang-goyangkan kepala, memicingkan mata, ada yang sambil terbelalak ke langit-langit rumah seperti laki-laki yang sedang kesurupan.

Labai memimpin doa. Doa dari laki-laki yang dianggap paling alim itu dipercayai cepat dijabah.

“Amin....”

Ritual kecil itu ditutup dengan makan-makan bersama.
“Bawa piring ini ke depan.”

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
1. Malam Tahlil
2. Sesaji di Pusara
3. Nisan Tak Berbatu
4. Bau Asap Kemenyan
5. Teko di Sudut Jendela
6. Kehilangan Mestika
7. Aksara Jawi
8. Ayam Hitam
9. Sebuah Usaha Menantang Tuhan
10. Guna-Guna
11. Pinangan Kamaruzzaman
12. Laki-laki yang Turun dari Gunung
13. Melawan Guna-guna
14. Meminta Tumbal
15. Pertanda
16. Kenangan Masa Lalu
17. Menikam Jejak
18. Wasiat
19. Dihantui
20. Menahan Saki
21. Hari ke-100
Tentang Penulis