Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

La Galigo Menurut Naskah NBG 188 jilid 3

1 Pembaca
Rp 175.000 30%
Rp 122.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 367.500 13%
Rp 106.167 /orang
Rp 318.500

5 Pembaca
Rp 612.500 20%
Rp 98.000 /orang
Rp 490.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Kisah ini diawali ketika Wé Datu Sengngeng hamil dan melahirkan kembar emas, yaitu Wé Tenriabéng dan Sawérigading. Sawérigading inilah tokoh utama dalam La Galigo yang kelak kisahnya dipenuhi dengan petualangan laut. Seperti diketahui, hampir semua episode La Galigo mengusung tema utama pelayaran dan perantauan. Tema ini mengandung budaya maritim, yang mengajarkan kepada manusia tentang banyak hal, antara lain, sikap egalitarian, keterbukaan, musyawarah, menghargai perbedaan, dan independen.

Hamba sahaya yang hina-dina seperti yang ditemukan dalam kisah-kisah kuno lainnya hampir-hampir tak ditemukan dalam naskah La Galigo, bahkan mereka diberi gelar khusus yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam kebudayaan Bugis yakni Bissu Pattudang. Hubungan dengan berbagai negeri dan negara dibangun atas dasar saling pengertian dan saling menghargai, baik di Nusantara maupun di dunia.

Hubungan antara laki-laki dan perempuan berlangsung setara, independen, simbiosis, dan negosiasi tanpa ada dominasi antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terlihat ketika Sawérigading bertemu, bercinta, dan bertunangan dengan Senrima Wéro di Istana Tanra Tellu di Boting Langiq (kerajaan langit). Keduanya saling jatuh cinta namun tetap berpijak pada keyakinan dan prinsip yang mereka anut tanpa saling memaksakan kehendak antara keduanya. Senrima Wéro mencintai Sawérigading, tapi dengan syarat harus tetap tinggal di kerajaan langit, sementara Sawérigading bertahan untuk menikahi Senrima Wéro dan membawanya turun ke dunia tengah (Alé Lino).

Meski keduanya saling mencintai, tapi keduanya tidak bisa menyatu karena perbedaan prinsip tersebut, akhirnya mereka sepakat untuk berpisah. Sistem perkawinan dalam La Galigo adalah negosiasi, bila laki-laki lebih tinggi derajat kebangsawanannya dibanding perempuan, maka perempuanlah yang mengadakan pesta dan mengawini laki-laki, sebaliknya, bila perempuan lebih tinggi derajatnya dari laki-laki, maka laki-lakilah yang mengadakan pesta dan menikahi perempuan. Hubungan yang seimbang itu tetap berlangsung, sampai sesudah menikah.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Rétna Kencana Colliq Pujié Arung Pancana Toa

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024334918
Terbit: Desember 2020 , 636 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Kisah ini diawali ketika Wé Datu Sengngeng hamil dan melahirkan kembar emas, yaitu Wé Tenriabéng dan Sawérigading. Sawérigading inilah tokoh utama dalam La Galigo yang kelak kisahnya dipenuhi dengan petualangan laut. Seperti diketahui, hampir semua episode La Galigo mengusung tema utama pelayaran dan perantauan. Tema ini mengandung budaya maritim, yang mengajarkan kepada manusia tentang banyak hal, antara lain, sikap egalitarian, keterbukaan, musyawarah, menghargai perbedaan, dan independen.

Hamba sahaya yang hina-dina seperti yang ditemukan dalam kisah-kisah kuno lainnya hampir-hampir tak ditemukan dalam naskah La Galigo, bahkan mereka diberi gelar khusus yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam kebudayaan Bugis yakni Bissu Pattudang. Hubungan dengan berbagai negeri dan negara dibangun atas dasar saling pengertian dan saling menghargai, baik di Nusantara maupun di dunia.

Hubungan antara laki-laki dan perempuan berlangsung setara, independen, simbiosis, dan negosiasi tanpa ada dominasi antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terlihat ketika Sawérigading bertemu, bercinta, dan bertunangan dengan Senrima Wéro di Istana Tanra Tellu di Boting Langiq (kerajaan langit). Keduanya saling jatuh cinta namun tetap berpijak pada keyakinan dan prinsip yang mereka anut tanpa saling memaksakan kehendak antara keduanya. Senrima Wéro mencintai Sawérigading, tapi dengan syarat harus tetap tinggal di kerajaan langit, sementara Sawérigading bertahan untuk menikahi Senrima Wéro dan membawanya turun ke dunia tengah (Alé Lino).

Meski keduanya saling mencintai, tapi keduanya tidak bisa menyatu karena perbedaan prinsip tersebut, akhirnya mereka sepakat untuk berpisah. Sistem perkawinan dalam La Galigo adalah negosiasi, bila laki-laki lebih tinggi derajat kebangsawanannya dibanding perempuan, maka perempuanlah yang mengadakan pesta dan mengawini laki-laki, sebaliknya, bila perempuan lebih tinggi derajatnya dari laki-laki, maka laki-lakilah yang mengadakan pesta dan menikahi perempuan. Hubungan yang seimbang itu tetap berlangsung, sampai sesudah menikah.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Saya menyambut gembira penerbitan Colliq Pujié Arung Pancana Toa. Versi bahasa Indonesia ini bisa hadir berkat kerja keras dan dedikasi Prof. Dr. Nurhayati Rahman dan orang- La Galigo karya Rétna Kencana orang yang mencintai Sang Galigo.

Sebagai seorang yang berasal dari Sulawesi Selatan, saya memiliki kebanggaan tersendiri akan epos yang bercerita tentang kosmologi, teogomi, dan mitologi tentang asal-usul raja Bugis ini. Bukan semata karena panjang epos ini melebihi Mahabharata, sementara kisah petualangan tokoh utamanya tak kalah dengan Odyssey, melainkan bahwa kekayaan budaya ini telah semakin mendunia.

Seperti kita tahu, kisah kepahlawanan Sang Galigo ini telah diangkat menjadi produksi teater internasional bertajuk La Galigo, yang dipentaskan di kota-kota besar dunia, di 13 negara, antara lain Singapura, Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, Melbourne, Milan, Taipei, New York, selama periode 2004-2011, dengan Makassar sebagai persinggahan terakhir. Produksi yang melibatkan seniman dan tim pedukung terbaik dari seluruh Indonesia dan banyak negara ini menjadi berharga justru karena fakta bahwa ia tidak lagi eksklusif dikerjakan oleh orang-orang Sulawesi Selatan atau bahkan Indonesia saja.

Saya bangga dan merasa terhormat bisa terlibat dalam produksi ini. Untuk itu, saya berterima kasih kepada Sutradara Robert Wilson, penulis dramaturgi Rhoda Grauer, dan trio Produser Restu Imansari Kusumaningrum, Franco Laera, dan Elisabetta di Mambero. Besar harapan saya, penerbitan buku La Galigo akan memperbesar minat khalayak terhadap hikayat kepahlawanan Bugis ini. Sang Galigo adalah harta tak ternilai yang sudah banyak mengilhami seniman, sarjana, dan masyarakat kebanyakan dari generasi ke generasi.

Terima kasih kepada Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla, yang telah memberikan dukungan atas keberhasilan pementasan La Galigo di mancanegara hingga berlabuh di Makassar .

Ketua Yayasan La Galigo Indonesia
H. Tanri Abeng

Daftar Isi

Cover
Daftar Isi
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Pendahuluan
     Ringkasan Cerita NBG 188 Jilid 3
     Deskripsi Naskah NBG 188 Jilid 3
Teks dan Terjemahan: La Galigo NBG 188 Jilid 3
     Transkripsi Ringkasan Cerita
     Terjemahan Ringkasan Cerita
Transkripsi La Galigo
Terjemahan Teks La Galigo
Isi Cerita
     Wé Datu Sengngeng mengidam
     Wé Datu Sengngeng hamil
     Detik-detik menjelang We Datu Sengngeng melahirkan
     Ramalan tentang Sang jabang bayi yang dikandung
     Banjir darah di Istana Manurung
     Wé Datu Sengngeng susah melahirkan
     Kelahiran Sawérigading
     Detik-detik menjelang kelahiran Wé Tenriabéng
     Wé Tenriabéng dilahirkan
     Wé Datu Sengngeng pasca melahirkan
     Suasana di Istana Luwuq
     Persiapan upacara Kedewaan cucu Batara Guru
     Upacara naik ayunan Sawérigading – Wé Tenriabéng
     Upacara keramaian di Istana Luwuq
     Usul membagi ruang istana menjadi dua bagian
     Batara Guru bermimpi naik ke Langit
     Penentuan hari baik Batara Guru ke langit
     Upacara Penyambutan Batara Guru di Langit
     Wé Tenriabéng dilanda penyakit diam tak bersuara
     Batara Guru suami istri bersiap-siap menuju langit
     Pesan-pesan Batara Guru suami istri kepada anak cucunya
     Hari dinantikan telah tiba
     Batara Guru suami istri tiba di langit
     Batara Guru suami istri mengenang anak cucunya di bumi
     Batara Lattuq bersaudara dan suami istri tetap tinggal di bumi
     Persiapan upacara Bissu Wé Tenriabéng
     Wé Tenriabéng telah pulih dari penyakitnya
     Persiapan upacara pijak tanah Sawérigading bersepupu sekali
     Undangan disebarkan ke berbagai negeri
     Pakaian lengkap Sawérigading diturunkan dari Boting Langiq
     Gelanggang upacara dibangun di depan Istana Manurung
     Para tamu undangan tiba di Luwuq
     I La Jiriu bersama Pallawa Gauq tiba di Luwuq
     Para Dewa Boting Langiq tiba di bumi
     Para Dewa Toddang Toja tiba di bumi
     Upacara pijak tanah Sawérigading bersepupu sekali
     Kembali ke negerinya
     Sawérigading bersepupu sekali setelah remaja
     Rencana Sawérigading berlayar ke Negeri Maloku dan sama
     Pelayaran Sawérigading beralih ke Dusung
     Sawérigading kembali dari Dusung
     Datu Patotoq mengirim surat emas kepada Sawérigading
     Sawérigading diundang ke Boting Langiq
     Sawérigading bersepupu sekali ke Boting Langiq
     Sawérigading bertemu dengan Senrima Wéro
     Sawérigading berpisah dengan Senrima Wéro
     Sawérigading bersepupu menerima warisan dari Patotoqé
     Warisan Sawérigading bersepupu diturunkan ke bumi
     Sawérigading bersepupu kembali ke bumi
     Sawérigading jatuh cinta pada Wé Panangngareng
     Pernikahan Sawérigading dengan Wé Panangngareng
Daftar Kata
Tentang Penyusun Draf, Editor, dan Redaksi