Ikhtisar
Nasionalisme dan Egalitarianisme di Indonesia, 1908–1980 merupakan suatu telaah politik dengan pendekatan diskursif-historis dalam bidang-bidang ideologi, ekonomi, kebudayaan, dan pandangan dunia (world views) dengan penghormatan pada disiplin sejarah. Dari Bab I hingga Bab XII, raison d’etre penulisannya bertolak dari apa yang diutarakan secara menggugah oleh Soedjatmoko: “Kesadaran sejarah membimbing [kita] kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa, kepada self-understanding of [our] nation, kepada sangkan paran [bangsa kita], kepada persoalan what we are, why we are, who we are” dan bahwa “Kemampuan kreatif Indonesia tidak bisa dipertahankan momentumnya, tanpa kita memperdalam kesadaran mengenai diri kita secara historis dan bukan secara mitologis.”
Kerangka teoretis yang digunakan dalam buku ini berusaha menangkap kontur sejarah, ekonomi, kultur, dan kandungan politik Nusantara/Indonesia secara jelas, imbang, dan utuh. Ia menggabungkan pendekatan Marxian (dalam arti determinasi ekonomi), pendekatan Weberian (dalam arti determinasi sistem nilai), dan pendekatan Foucauldian (dalam arti praktik-praktik wacana). Melandasi ketiganya, sebagaimana telah disinggung, adalah pengindahan atas studi-studi sejarah, terutama dalam tangkapan sinkronik, yang relevan dengan pokok pembicaraan, demi mengukuhkan ketiga pendekatan sebelumnya. Sebab penulis percaya bahwa betikan-betikan sejarah (historical instances) adalah daging dan sumsum dari tiap analisis ilmu-ilmu sosial.
Empasis pada sejarah dalam hitungan sinkronik berkaitan erat dengan tujuan utama studi ini, yaitu untuk lebih kuat menangkap dua hal sentral. Pertama adalah substansi karakter nasionalisme dan egalitarianisme yang tumbuh di sepanjang kurun telaah. Kedua adalah masalah-masalah diskontinuitas dalam rangkaian wacana dan praktik-praktik politik dalam kaitan dengan perkembangan nasionalisme dan egalitarianisme tersebut. Dengan demikian perhatian ditujukan tidak terutama pada kronologi peristiwa maupun pada pengutamaan aliran-aliran budaya dan ekonomi tertentu, melainkan pada lapis-lapis sinkronik dari dialektika politik, dan emansipasi rangkaian akal budi politik di dalamnya, berkat transformasi-transformasi historis di ranah politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan pada masyarakat Nusantara/Indonesia.
Buku ini disusun berdasar disertasi Mochtar Pabottingi yang lulus sebagai doktor dari Jurusan Ilmu Politik University of Hawaii di Manoa, Honolulu, Hawaii, AS, dengan predikat magna cum laude. Mochtar Pabottingi menambahkan update terkait sejumlah isu hingga beberapa waktu menjelang wafatnya intelektual publik ini pada 4 Juni 2023.
Pendahuluan / Prolog
Nasionalisme dan Egalitarianisme di Indonesia, 1908-1980: Menelaah Masalah-Masalah Diskontinuitas dalam Diskursus dan Praktik Politik
Nasionalisme dan Egalitarianisme di Indonesia, 1908–1980 merupakan suatu telaah politik dengan pendekatan diskursif-historis dalam bidang-bidang ideologi, ekonomi, kebudayaan, dan pandangan dunia (world views) dengan penghormatan pada disiplin sejarah. Dari Bab I hingga Bab XII, raison d’etre penulisannya bertolak dari apa yang diutarakan secara menggugah oleh Soedjatmoko: “Kesadaran sejarah membimbing [kita] kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa, kepada self-understanding of [our] nation, kepada sangkan paran [bangsa kita], kepada persoalan what we are, why we are, who we are” dan bahwa “Kemampuan kreatif Indonesia tidak bisa dipertahankan momentumnya, tanpa kita memperdalam kesadaran mengenai diri kita secara historis dan bukan secara mitologis.”
Kerangka teoretis yang digunakan dalam buku ini berusaha menangkap kontur sejarah, ekonomi, kultur, dan kandungan politik Nusantara/Indonesia secara jelas, imbang, dan utuh. Ia menggabungkan pendekatan Marxian (dalam arti determinasi ekonomi), pendekatan Weberian (dalam arti determinasi sistem nilai), dan pendekatan Foucauldian (dalam arti praktik-praktik wacana). Melandasi ketiganya, sebagaimana telah disinggung, adalah pengindahan atas studi-studi sejarah, terutama dalam tangkapan sinkronik, yang relevan dengan pokok pembicaraan, demi mengukuhkan ketiga pendekatan sebelumnya. Sebab penulis percaya bahwa betikan-betikan sejarah (historical instances) adalah daging dan sumsum dari tiap analisis ilmu-ilmu sosial.
Empasis pada sejarah dalam hitungan sinkronik berkaitan erat dengan tujuan utama studi ini, yaitu untuk lebih kuat menangkap dua hal sentral. Pertama adalah substansi karakter nasionalisme dan egalitarianisme yang tumbuh di sepanjang kurun telaah. Kedua adalah masalah-masalah diskontinuitas dalam rangkaian wacana dan praktik-praktik politik dalam kaitan dengan perkembangan nasionalisme dan egalitarianisme tersebut. Dengan demikian perhatian ditujukan tidak terutama pada kronologi peristiwa maupun pada pengutamaan aliran-aliran budaya dan ekonomi tertentu, melainkan pada lapis-lapis sinkronik dari dialektika politik, dan emansipasi rangkaian akal budi politik di dalamnya, berkat transformasi-transformasi historis di ranah politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan pada masyarakat Nusantara/Indonesia.
Buku ini disusun berdasar disertasi Mochtar Pabottingi yang lulus sebagai doktor dari Jurusan Ilmu Politik University of Hawaii di Manoa, Honolulu, Hawaii, AS, dengan predikat magna cum laude. Mochtar Pabottingi menambahkan update terkait sejumlah isu hingga beberapa waktu menjelang wafatnya intelektual publik ini pada 4 Juni 2023.
Penulis
Mochtar Pabottingi - Mochtar Pabottingi dikenal luas di Tanah Air sebagai intelektual terkemuka dan di kalangan lebih terbatas juga sebagai sastrawan. Sejak usia 18 tahun, Mochtar sudah menulis puisi, esei, dan cerita pendek di koran dan majalah daerah (Makassar). Di panggung sastra nasional, dia mulai tampil kala menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (1968–1973). Puisi, esei, atau cerita pendeknya pertama kali terbit di Suara Muhammadiyah (1967), Pelopor Yogya (1969), Horison (1969), Basis (1971), dan Budaja Djaja (1971). “Sejumlah puisinya dipilih Linus Suryadi AG dalam antologi Tonggak 3 (1987) dan [satu di antaranya] diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam antologi On Foreign Shores: American Images in Indonesian Poetry (1990).”1 Kumpulan puisinya yang pertama, Dalam Rimba Bayangbayang, terbit tahun 2003. Penyair Joko Pinurbo memuji setidaknya delapan dari 29 puisi pada kumpulan ini dan menyebutnya sebagai “jernih dan dalam.” Adapun pujian tertinggi diberikannya atas puisi “Bertutur Ketika Salju”: “Sajak di atas menggali pengalaman cinta dan erotisme, salah satu tema klasik yang paling digemari para penyair. Di tangan Mochtar Pabottingi tema klasik tersebut dapat terasa segar kembali dapat menciptakan ‘orgasme estetik’.
Daftar Isi
Sampul Depan
Identitas Buku
Daftar Isi
Kata Pengantar
Pendahuluan
Bagian Pertama: Pengalaman Penjajahan: Eksploitasi, Paham Non-Egaliter, Distorsi
Bab 1 - Eksploitasi Ekonomi dan Distorsi
Bab 2 - Ketaksetaraan Kultural dan Distorsi-Distorsi
Bagian Kedua: Nasionalisme Indonesia dalam Konteks
Bab 3 - Determinasi Bahasa Atas Nasionalisme Indonesia
Bab 4 - Akar Praktik-Praktik Wacana Politik
Bab 5 - Konteks Ekonomi dari Nasionalisme Indonesia
Bagian Ketiga: Bangkitnya Nasionalisme Egaliter
Bab 6 - Wacana-Wacana dan Praktik-Praktik: Budi Utomo dan Sarekat Islam
Bab 7 - Wacana dan Praktik: Tokoh-Tokoh Teladan dan Partai Komunis
Bab 8 - Sukarno dan Mobilisasi Nilai-Nilai
Bagian Keempat: Masalah-Masalah Diskontinuitas
Bab 9 - Genealogi Praktik-Praktik Non-Egaliter
Bab 10 - Orde Baru: Membaca Konstelasi Non-Egaliter
Bab 11 - Membuka Sisi Balik: Kesadaran Egaliter dan Bahasa
Bab 12 - Membuka Sisi Balik: Teologi Egaliter dan Bayangan Jalan-Jalan Egaliter
Lampiran 1
Indeks
Tentang Penulis
Sampul Belakang