Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Demokrasi di Era Digital

1 Pembaca
Rp 345.000 30%
Rp 241.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 724.500 13%
Rp 209.300 /orang
Rp 627.900

5 Pembaca
Rp 1.207.500 20%
Rp 193.200 /orang
Rp 966.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

“Makin dalam dan pentingnya teknologi digital satu dekade terakhir dan bagaimana teknologi itu telah membantu pemerintah menjalankan roda pemerintahan selama pandemi Corona yang dimulai sejak awal 2020 membuat saya tertarik untuk menyunting sebuah buku berikutnya tentang demokrasi pada era digital dan masa pandemi. Teknologi digital telah membantu hampir semua pemerintahan di dunia untuk terus menjalankan pemerintahan tanpa perlu bertatap muka. Manusia sanggup terus menjalankan tugas-tugas mereka dengan bekerja dari rumah menggunakan teknologi digital. Namun pada era pandemi banyak kebijakan di Barat yang secara prinsip bertentangan dengan asas demokrasi, paling sedikit untuk waktu yang pendek. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat umum membutuhkan informasi dalam bekerja. Pada era digital banjir informasi menerjang semua orang sehingga dibutuhkan kepandaian dan sikap kritis serta sumber informasi yang benar dan terpercaya untuk menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Informasi digital melalui media sosial yang gratis dan cepat telah mengalahkan media-media cetak tradisional. Semua orang bisa menjadi produser informasi tanpa perlu menggunakan kaidah-kaidah pencarian informasi dan penerbitan baik cetak maupun digital yang biasa dilakukan oleh media-media tradisional. Untuk kepentingan politik atau ekonomi, banyak pihak yang tidak segan-segan menyebarkan hoaks, kabar bohong. Kita tahu peran media sosial dalam memenangkan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat dan mempengaruhi orang Inggris untuk keluar dari Uni Eropa melalui referendum Brexit. Suatu tantangan besar bagi kebebasan dan demokrasi sehingga banyak orang yang mempertanyakan masa depan demokrasi di dunia. Apalagi algoritma media sosial juga telah membelah masyarakat. Tidak banyak buku yang membahas tentang demokrasi yang memberikan sudut pandang yang komprehensif dari berbagai disiplin yang terbit di Indonesia. Saya berharap buku Demokrasi di Era Digital akan dapat memberi jawaban kepada pembaca Indonesia dan internasional untuk memahami pada apa yang telah, sedang, dan akan terjadi pada demokrasi di dunia dan pengaruhnya terhadap ekonomi serta budaya manusia.”

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Achmad Charris Zubair / Tim Satu Pena / Agus Sudibyo / Agus Widjojo / Ahmadun Yosi Herfanda / Ajisatria Suleiman / Akmal Nasery / Albertine Minderop / Amanah Nurish / Andi Makmur Makka / Andrik Purwasito
Editor: Nasir Tamara

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233210928
Terbit: November 2021 , 816 Halaman










Ikhtisar

“Makin dalam dan pentingnya teknologi digital satu dekade terakhir dan bagaimana teknologi itu telah membantu pemerintah menjalankan roda pemerintahan selama pandemi Corona yang dimulai sejak awal 2020 membuat saya tertarik untuk menyunting sebuah buku berikutnya tentang demokrasi pada era digital dan masa pandemi. Teknologi digital telah membantu hampir semua pemerintahan di dunia untuk terus menjalankan pemerintahan tanpa perlu bertatap muka. Manusia sanggup terus menjalankan tugas-tugas mereka dengan bekerja dari rumah menggunakan teknologi digital. Namun pada era pandemi banyak kebijakan di Barat yang secara prinsip bertentangan dengan asas demokrasi, paling sedikit untuk waktu yang pendek. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat umum membutuhkan informasi dalam bekerja. Pada era digital banjir informasi menerjang semua orang sehingga dibutuhkan kepandaian dan sikap kritis serta sumber informasi yang benar dan terpercaya untuk menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Informasi digital melalui media sosial yang gratis dan cepat telah mengalahkan media-media cetak tradisional. Semua orang bisa menjadi produser informasi tanpa perlu menggunakan kaidah-kaidah pencarian informasi dan penerbitan baik cetak maupun digital yang biasa dilakukan oleh media-media tradisional. Untuk kepentingan politik atau ekonomi, banyak pihak yang tidak segan-segan menyebarkan hoaks, kabar bohong. Kita tahu peran media sosial dalam memenangkan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat dan mempengaruhi orang Inggris untuk keluar dari Uni Eropa melalui referendum Brexit. Suatu tantangan besar bagi kebebasan dan demokrasi sehingga banyak orang yang mempertanyakan masa depan demokrasi di dunia. Apalagi algoritma media sosial juga telah membelah masyarakat. Tidak banyak buku yang membahas tentang demokrasi yang memberikan sudut pandang yang komprehensif dari berbagai disiplin yang terbit di Indonesia. Saya berharap buku Demokrasi di Era Digital akan dapat memberi jawaban kepada pembaca Indonesia dan internasional untuk memahami pada apa yang telah, sedang, dan akan terjadi pada demokrasi di dunia dan pengaruhnya terhadap ekonomi serta budaya manusia.”

Pendahuluan / Prolog

Demokrasi di Era Digital
Kata demokrasi sudah sangat terkenal di dunia karena telah lama sekali dibicarakan. Gagasan tentang demokrasi berkembang terus. Di Barat, demokrasi mulai dibicarakan oleh Pericles, Aristoteles, Cicero pada pada masa kejayaan Yunani. Setelah tertidur sampai Abad Pertengahan, mulai dibicarakan lagi pada era Renaissance oleh Machiavelli, Locke, Montesquieu, Rousseau, Jefferson, dan Kant.

Gagasan tentang demokrasi telah melahirkan berbagai revolusi termasuk Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, dan Revolusi Indonesia. Berbagai pemikir lain juga memaparkan gagasan-gagasan mereka tentang pentingnya kemerdekaan sebagai inti dari demokrasi. Seperti Alexis de Toqueville, Hamilton dan Madison, Mill, Green, Mosca, dan Dewey.

Pengertian mengenai demokrasi tentunya berubah dari sikap pasif para warganegara yang memberikan kepercayaan pada urusan politik dan kenegaraan pada politikus di Parlemen dan di pemerintahan ke sikap yang aktif mengawasi pekerjaan anggota Parlemen dan politikus yang duduk di pemerintahan.

Demokrasi adalah “essentially contested concept”, pada dasarnya konsep yang dipertanyakan, didebatkan, dipertengkarkan, digugat, kata filsuf W.B. Gallie. Karena itu, tidak heran bila banyak sekali kontroversi mengenai konsep demokrasi secara global dan historis.

Banyak sekali pemikir, politikus, dan aktivis dunia melihat demokrasi sebagai bagian penting dari hak-hak asasi manusia sehingga membuat Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, di mana dalam Pasal 21 disebutkan:
1. Setiap orang mempunyai hak untuk memberikan andil dalam pemerintahan di negerinya masing-masing, baik secara langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas.
2. Setiap orang mempunyai hak atas akses yang sama terhadap pelayanan publik di negerinya.
3. Kehendak rakyat harus menjadi dasar kewenangan pemerintah; kehendak ini harus disalurkan melalui pemilihan-pemilihan umum yang jujur dan yang diselenggarakan secara periodik dengan hak pilih/suara yang sama dan berlaku universal, dan harus diselenggarakan dengan prosedur-prosedur pemberian suara secara rahasia, bebas dan tidak membeda-bedakan.

Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln dalam pidato di Gettysburg tahun 1863 mendefinisikan demokrasi sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang tak akan pernah menghilang dari muka bumi ini”.

Kebijakan menggunakan demokrasi sebagai politik luar negeri sudah dimulai dengan kemenangan dunia Barat pada Perang Dunia II di tahun 1945. Kebijakan itu dipakai untuk mempengaruhi negara-negara berpaham komunis dan juga negara-negara yang baru merdeka yang mencari sistem politik yang terbaik untuk diterapkan di negara mereka. Negeri-negeri Barat anggota Uni Eropa dan terutama Amerika Serikat sebagai super power aktif sekali menyebarkan paham demokrasi seperti dilaksanakan di negeri mereka.

Profesor Samuel Huntington dari Harvard University menulis buku (1992) berjudul The Third Wave: Democratization in the Late 20th Century. Badan PBB UNESCO juga pada dekade itu ikut melakukan penerbitan buku-buku yang terkait dengan demokrasi yang lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. UNESCO juga telah membuat beberapa konperensi internasional dengan tema “Budaya Demokratis dan Pembangunan” (Montevideo, 1991), “Kebudayaan dan Demokrasi” (Praha, 1992), “Pendidikan Demokrasi” (Tunisia, 1992), “Pendidikan Hak-hak Asasi Manusia dan Demokrasi” (Montreal, 1993), serta “Demokrasi dan Toleransi” (Seoul, 1994).

Di Jakarta, Kedutaan Besar Amerika Serikat menerjemahkan buku Demokrasi pada awal era Reformasi di Indonesia. Dalam buku itu dibicarakan prinsip-prinsip dasar demokrasi, bentuk pemerintahan berdasarkan konstitusi, prinsip-prinsip pemilihan demokratis, federalisme dan demokrasi, pembuatan undang-undang dalam masyarakat demokratis, peran peradilan independen, kekuasaan kepresidenan, peran media bebas, peran kelompok kepentingan, hak masyarakat untuk tahu, cara melindungi hak-hak kaum minoritas dan kontrol sipil terhadap militer.

Reformasi di Indonesia dimulai pada tahun 1998 dengan jatuhnya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Ia kemudian digantikan oleh Wakil Presiden B.J.Habibibie yang meletakkan landasan demokrasi baru setelah Demokrasi Pancasila Orde Baru dan Demokrasi Terpimpin di bawah Presiden Soekarno. Presiden Abdurrachman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo meneruskan gagasan demokrasi yang dimulai di era Reformasi ini.

Minat saya terhadap gagasan demokrasi sudah muncul lama. Karena pentingnya topik ini saya menulis buku tentang demokrasi di Indonesia di tahun 2009 dengan judul Indonesia Rising. Islam, Democracy and the rise of Indonesia as a Major Power.

Sesungguhnya, orang Indonesia telah berusaha keras menjalankan demokrasi dengan memperhatikan sejarah, geopolitik, sosiologis, dan agama kebudayaan Indonesia.

Buku saya di atas mendapat sambutan yang cukup baik karena jarang ada akademikus Indonesia yang menulis langsung dalam bahasa Inggris tentang bagaimana demokrasi di Indonesia yang hampir 90% dari penduduknya beragama Islam. Apalagi dunia Barat biasanya skeptis tentang apakah Islam dan demokrasi itu kompatibel.

Pengalaman Indonesia berdemokrasi selama 23 tahun Reformasi menunjukkan bahwa jawabannya tentu saja ya. Dalam sejarah dunia, kemakmuran yang berkesinambungan didapatkan di seluruh negara yang menjalankan demokrasi.

Makin dalam dan pentingnya teknologi digital satu dekade terakhir dan bagaimana teknologi itu telah membantu pemerintah menjalankan roda pemerintahan selama pandemi Corona yang dimulai sejak awal 2020 membuat saya tertarik untuk menyunting sebuah buku berikutnya tentang demokrasi pada era digital dan masa pandemi. Teknologi digital telah membantu hampir semua pemerintahan di dunia untuk terus menjalankan pemerintahan tanpa perlu bertatap muka. Manusia sanggup terus menjalankan tugastugas mereka dengan bekerja dari rumah menggunakan teknologi digital. Namun pada era pandemi banyak kebijakan di Barat yang secara prinsip bertentangan dengan asas demokrasi paling sedikit untuk waktu yang pendek.

Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat umum membutuhkan informasi dalam bekerja. Pada era digital banjir informasi menerjang semua orang sehingga dibutuhkan kepandaian dan sikap kritis serta sumber informasi yang benar dan terpercaya untuk menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari.

Informasi digital melalui media sosial yang gratis dan cepat telah mengalahkan media-media cetak tradisional. Semua orang bisa menjadi produser informasi tanpa perlu menggunakan kaidah-kaidah pencarian informasi dan penerbitan baik cetak maupun digital yang biasa dilakukan oleh media-media tradisional. Untuk kepentingan politik atau ekonomi, banyak pihak yang tidak segan-segan menyebarkan hoaks, kabar bohong.

Kita tahu peran media sosial dalam memenangkan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat dan mempengaruhi orang Inggris untuk keluar dari Uni Eropa melalui referendum Brexit. Suatu tantangan besar bagi kebebasan dan demokrasi sehingga banyak orang yang mempertanyakan masa depan demokrasi di dunia. Apalagi algoritma media sosial juga telah membelah masyarakat.

Tidak banyak buku yang membahas tentang demokrasi yang memberikan sudut pandang yang komprehensif dari berbagai disiplin yang terbit di Indonesia. Saya berharap buku ini akan dapat memberi jawaban kepada pembaca Indonesia dan internasional untuk memahami pada apa yang telah, sedang dan akan terjadi pada demokrasi di dunia dan pengaruhnya terhadap ekonomi serta budaya manusia.

Ada 76 orang penulis yang terdiri dari para cendekiawan penulis terkemuka di Indonesia yang telah menyumbangkan tulisan mereka. Mereka terdiri dari para rektor, profesor, doktor, perwira tinggi, sastrawan, budayawan yang sangat menguasai bidangbidang keahlian mereka. Pendekatan multidisiplin sejarah, sosiologis, politik, ekonomi, keamanan, antropologi yang dipakai memperkaya buku ini.

Kepada para penulis yang budiman dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia yang menerbitkan buku ini pada ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Harapan saya agar buku yang didekasikan bagi bangsa Indonesia ini bermanfaat sebesar-besarnya. Amin.

Jakarta, 1 Agustus 2021.

Daftar Isi

Sampul Depan
Identitas Buku
Daftar Isi
Pengantar dari editor
Bagian I - Demokrasi dan Politik
     Bab 1 Demokrasi dan Ancaman Disintegrasi
     Bab 2 Rekonsolidasi Demokrasi:
     Bab 3 Demokrasi yang Membingungkan Lawan dan Kawan
     Bab 4 Demokrasi di Indonesia
     Bab 5 Demokrasi Saat Pandemi di Inggris Raya
     Bab 6 Ranah Publik Modern dan Tantangan Demokrasi
     Bab 7 Mahkamah Konstitusi Mengawal Demokrasi:
     Bab 8 Konstitusi dan Kitab Suci dalam Berdemokrasi
     Bab 9 Dalam Demokrasi Kontemporer Belanda: Ketika Demokrasi Dikarantina
     Bab 10 Pragmatisme, Personalisasi, dan Politik Uang: Partai-partai Politik di Indonesia Setelah Dua Dekade Reformasi
     Bab 11 Parlemen yang Inklusif: Keberadaan Utusan Golongan dalam MPR-RI
     Bab 12 Refleksi tentang Impeachment
     Bab 13 Demokrasi adalah Kebebasan dan Keadilan
     Bab 14 Demokrasi Substansial, Inilah Idaman Kita
     Bab 15 Negara dan Pemerintah: Negara hadir bila pemerintah hadir?
     Bab 16 Pendanaan Negara untuk Partai Politik
     Bab 17 Demokrasi, HAM, Pancasila: Umat Islam Indonesia dan ‘Deus Absconditus’ di Era Digital
     Bab 18 Panggung Demokrasi 1921
     Bab 19 Penghancuran Pencapaian
Bagian II - Demokrasi dan Sosial-Ekonomi
     Bab 20 Saudagar, Ulama, Demokrasi
     Bab 21 Demokrasi, Hukum, dan Kuasa Pasar: Sebuah Refleksi Santai untuk Indonesia
     Bab 22 Ijtihad Demokrasi dalam Manajemen Informasi Kesehatan
     Bab 23 Pers dan Demokrasi di Era Post Truth
     Bab 24 Belenggu Kritisisme: Tantangan Kampus, Pers, dan Aktivis Pro Demokrasi
     Bab 25 Ekonomi Politik Pandemi
     Bab 26 Ketimpangan Ekonomi, Sebuah Paradoks Demokrasi
Bagian III - Demokrasi, Militer, dan Pertahanan
     Bab 27 Dari Tentara Pejuang Kemerdekaan menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi: Lintasan Sejarah TNI dalam Proses Demokratisasi di Indonesia
     Bab 28 Demokrasi dan Transformasi Politik Luar Negeri serta Pertahanan Indonesia: Negara Bervisi Global Maritime Fulcrum dalam Menghadapi Tantangan Geopolitik Era VUCA
     Bab 29 Demokrasi Digital dan Manajemen Pertahanan Negara Indonesia
Bagian IV - Demokrasi dan Digital
     Bab 30 Demokrasi Digital dan Polarisasi Politik
     Bab 31 Kontrak Sosial untuk Republik Digital
     Bab 32 Turbulensi Informasi dan Gegar Digital Atas Klaim-klaim Kebenaran dalam Demokrasi Kita
     Bab 33 Demokrasi, Era Digital, dan Pers Kita
     Bab 34 Budaya Demokrasi dalam Komunitas Digital
     Bab 35 Demokrasi Digital dan Kiamat Informasi
     Bab 36 Pasang Surut Populisme dan Demokrasi di Bawah ‘Naungan’ Digital: Sebuah Elegi untuk Pandemi
Bagian V - Demokrasi dan Sejarah
     Bab 37 Seabad Rakyat Indonesia Berparlemen
     Bab 38 Jalan Panjang (dan Berliku) Demokrasi
     Bab 39 Demokrasi dalam Sejarah Nusantara
Bagian VI - Demokrasi dan Agama
     Bab 40 Populisme Agama dalam Pentas Demokrasi Indonesia di Era Internet
     Bab 41 Sekelumit Masalah Agama dan Demokrasi di Era Digital: Sebuah Refleksi
     Bab 42 Demi Kemerdekaan Beribadah: Cabut Peraturan Bersama Dua Menteri
Bagian VII - Demokrasi dan Kearifan Lokal
     Bab 43 Kehidupan Berdemokrasi Urang Sunda
     Bab 44 Demokrasi Noken di Papua
     Bab 45 Kearifan Demokrasi Bugis Makassar: Pada Pemerintahan Habibie (1998-1999)
     Bab 46 Kraton Kasunanan Surakarta dan Demokrasi
     Bab 47 Ekologi Bencana, Demokrasi Lokal, dan Aktivisme Kemanusiaan
     Bab 48 Demokrasi dalam Tradisi Jawa
Bagian VIII - Demokrasi dan Kebudayaan
     Bab 49 Puisi dan Demokrasi
     Bab 50 Ampun Bang Jago: Demokrasi Hipermodern di Antara Godaan Dromologi dan Deviasi Netokrasi
     Bab 51 Multikulturalisme sebagai Ekspresi Demokrasi: Belajar dari Yogyakarta
     Bab 52 Kultur Populer Era Demokrasi Digital: Meme sebagai Fast Food Politik
     Bab 53 Makna Demokrasi bagi Penulis
     Bab 54 Membaca Lukisan Mooi Indie, Film Hingga Media Sosial: Paradoks Demokrasi Era 1.0-4.0
     Bab 55 Seni Menjadi Upacara Personal dan Ambyarnya Demokrasi di Era Digital
     Bab 56 Seni dan Demokrasi: Karya Seni Patung di Ruang Publik
     Bab 57 Kelirumologi Demokrasi
     Bab 58 Demokrasi di Perancis dan Indonesia: Bahaya dan Harapan
     Bab 59 Membangun Jembatan: Dari Sekolah Demokrasi menuju Lahirnya Generasi Indonesia Baru
     Bab 60 Dalang Aryo dan Zaman Digital
     Bab 61 Kursi dan Demokrasi
     Bab 62 Demokrasi dalam Puisi
     Bab 63 Produksi Pengetahuan untuk Indonesia Masa Depan
     Bab 64 Teknologi Digital dan Budaya Kontemporer
Bagian IX - Demokrasi dan Perempuan
     Bab 65 Perempuan dan Demokrasi
     Bab 66 Perjalanan Demokrasi: Keterwakilan dan Kepemimpinan Anggota Dewan Perempuan dalam Parlemen
     Bab 67 Demokrasi dan Lansia
     Bab 68 Demokrasi dalam Perkawinan, Mungkinkah?
Epilog: Demokrasi Berkelanjutan
Indeks
Tentang Penulis
Sampul Belakang