Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Rendezvous di Nusantara

1 Pembaca
Rp 90.000 30%
Rp 63.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 189.000 13%
Rp 54.600 /orang
Rp 163.800

5 Pembaca
Rp 315.000 20%
Rp 50.400 /orang
Rp 252.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini menjabarkan serta menganalisis isi cerita Liebe und Tod auf Bali, Stra ende Sonne, Lockender Mond, dan Auf dem Vulkan yang dapat dikategorikan sebagai sastra perjalanan. Di dalam novel-novel tersebut tampak pertemuan antara dua bangsa, salah satunya antara Jerman dan Indonesia.

Pada masa kekuasaan kolonial Belanda, adanya orang-orang bayaran yang berasal dari Jerman memungkinkan pertemuan antar bangsa ini. Para serdadu biasa, cendekiawan, misionaris hingga, pejabat pemerintahan.

Melalui berbagai narasi, buku ini membahas tentang berbagai kejadian yang terjadi dalam zona kontak, kemudian berdasarkan konstelasi para tokohnya, konteks ruang yang terbentuk di dalam novel, dilakukan analisis bagaimana transkulturalitas terbentuk. Lebih lanjut, buku ini menegaskan bahwa pendapat tentang superioritas bangsa Eropa ternyata masih ada. Ketika bangsa Eropa menemukan Indonesia, terjadi proses memperhatikan, memberikan penilaian, dan akhirnya mereduksi Indonesia menjadi stereotip dan klise, seperti yang dapat ditemukan dalam novel-novel yang dibahas dalam buku ini.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Lilawati Kurnia

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786236421680
Terbit: Agustus 2023 , 117 Halaman










Ikhtisar

Buku ini menjabarkan serta menganalisis isi cerita Liebe und Tod auf Bali, Stra ende Sonne, Lockender Mond, dan Auf dem Vulkan yang dapat dikategorikan sebagai sastra perjalanan. Di dalam novel-novel tersebut tampak pertemuan antara dua bangsa, salah satunya antara Jerman dan Indonesia.

Pada masa kekuasaan kolonial Belanda, adanya orang-orang bayaran yang berasal dari Jerman memungkinkan pertemuan antar bangsa ini. Para serdadu biasa, cendekiawan, misionaris hingga, pejabat pemerintahan.

Melalui berbagai narasi, buku ini membahas tentang berbagai kejadian yang terjadi dalam zona kontak, kemudian berdasarkan konstelasi para tokohnya, konteks ruang yang terbentuk di dalam novel, dilakukan analisis bagaimana transkulturalitas terbentuk. Lebih lanjut, buku ini menegaskan bahwa pendapat tentang superioritas bangsa Eropa ternyata masih ada. Ketika bangsa Eropa menemukan Indonesia, terjadi proses memperhatikan, memberikan penilaian, dan akhirnya mereduksi Indonesia menjadi stereotip dan klise, seperti yang dapat ditemukan dalam novel-novel yang dibahas dalam buku ini.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Ketika orang Eropa di abad ke-16 mengetahui keberadaan orangorang yang mendiami belahan dunia Selatan, mereka ingin mengunjungi daerah ini. Awalnya hal ini baru sebatas rasa ingin tahu yang mendalam. Oleh karena itu, di dalam ekspedisi yang dikirimkan selalu ikut serta ilmuwan-ilmuwan Eropa yang akan mengumpulkan bahan dan data dari benua tersebut. Semangat untuk bertemu dan berkenalan ini sayangnya kemudian diikuti pula dengan keinginan menaklukkan daerah penghasil berbagai macam hasil bumi yang sangat dibutuhkan Eropa.

Judul buku ini menyiratkan bahwa rendezvous atau pertemuan antara bangsa Eropa dan bangsa-bangsa yang mendiami kepulauan Nusantara terjadi ketika para penjelajah mendatangi kita. Pertemuan ini merupakan peristiwa transkultural yang terekam dalam adegan atau momen pertemuan antara penjajah dan yang terjajah di dalam ruang kolonial Hindia-Belanda. Pertemuan ini memberikan gambaran bagaimana interaksi di kehidupan seharihari yang sifatnya tidak selalu satu arah saja, melainkan saling mengagumi dan memengaruhi. Meskipun Belanda merasa superior, mereka tetap harus mengakui bahwa ada hal-hal yang lebih baik dari Eropa dan semua itu terdapat di Hindia-Belanda. Eksotisme yang merupakan salah satu daya tarik bagi bangsa Belanda untuk kemudian mendiami pulau-pulau di Nusantara telah memberikan nuansa baru bagi kehidupan mereka. Demikian pula bagi masyarakat setempat, segala sesuatu yang dibawa dari Belanda seperti sistem sekolah dapat bermanfaat untuk mengaktualisasi diri sendiri. Transkultural yang terjadi adalah hasil interaksi yang damai dan berada di ruang keseharian. Pertemuan antara dua budaya ini juga terjadi setelah Indonesia merdeka dan memperlihatkan ideologi kolonial masih ada di dalam the Self (Eropa), akan tetapi terlihat pula adanya kesadaran untuk menyetarakan posisi keduanya.

Dalam hal ini, novel yang berisikan imaji tentang Nusantara dan masyarakatnya merupakan representasi yang diberikan oleh orang Eropa yang telah menguasai Nusantara ketika itu. Representasi ini memperlihatkan adanya pandangan yang ambivalen; yaitu superioritas ketika dibandingkan Nusantara dengan Eropa dan kekaguman atau eksotisme yang kemudian memberikan pandangan positif. Kemampuan untuk mengapresiasi sekaligus mengapropriasi budaya Nusantara telah memproduksi berbagai bentuk budaya yang bersifat kreol atau hibrida. Inilah keunikan budaya Nusantara yang perlu dipertahankan dari erosi berbagai paham yang bersifat chauvinis.

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah memungkinkan diterbitkannya buku ini seperti dukungan dana buku dari FIB-UI. Saya juga bersyukur atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak seperti DAAD yang telah memberikan beasiswa S3 untuk saya dan banyak lagi yang tak dapat disebutkan satu per satu pada kesempatan ini. Sebagian analisis yang ada di buku ini telah saya lakukan sebelumnya ketika menulis disertasi di tahun 2000. Buku ini merupakan awal dari diskusi dan riset mengenai reiseliteratur atau sastra perjalanan yang masih merupakan lahan yang luas menunggu untuk digarap. Terima kasih setulusnya juga saya berikan kepada Ignatius Aditya dan Nurbaity yang membantu dengan riset dan penyelarasan.

Penulis

Lilawati Kurnia - Lilawati Kurnia mengajar di Progaram Studi Jerman dan Program Magister Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Ia meraih gelar Doktor di Fakultas Humaniora UI pada tahun 2000, dan Her Magistra Artium dari Gesamthochschule Kassel, Jerman pada tahun 1990. Disertasinya berkecimpung di dunia novel tentang Indonesia dengan menggunakan teori Hermeneutik Interkultural. Minat dan penelitiannya meliputi budaya populer, media dan budaya populer, transkulturalitas, sastra bandingan, Batik dan terjemahan. Ia telah menerjemahkan tiga buah buku anak dan remaja diterbitkan di Penerbit Yayasan Obor. Ia telah menulis berbagai artikel ilmiah di bidang Cultural Studies dan Kesusasteraan dan diterbitkan di Jurnal-jurnal Ilmiah internasional

Daftar Isi

Sampul Depan
Identitas Buku
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Bab 1 - Eksotisme dan Transkulturalitas
Bab 2 - Liebe und Tod auf Bali
Bab 3 - Straffende Sonne, Lockender Mond
     Konteks Ruang
     Pembahasan
Bab 4 - Auf dem Vulkan (Di Gunung Berapi)
     Konteks Ruang
     Beberapa Tokoh Sentral
     Amak Latief, Mohammad Chaliq, dan Partai NU
     Suami-Istri Werner, serta Para Diplomat dan Anggota Pers Internasional
     Pembahasan
Bab 5 - Pascakolonialisme dan Reiseliteratur
     Mengenai Para Pengarang
Daftar Pustaka
Tentang Penulis
Sampul Belakang