Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Rumah C1nta hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Senja, Ceritakan pada Tuhanku Bahwa Aku Patah Hati

1 Pembaca
Rp 45.000 15%
Rp 38.250

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 114.750 13%
Rp 33.150 /orang
Rp 99.450

5 Pembaca
Rp 191.250 20%
Rp 30.600 /orang
Rp 153.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Senja tak kalah eksotis dengan fajar. Senja adalah bagian waktu dalam hari, di mana setengah gelap mencapai titik bumi. Senja hadir tatkala matahari sudah terbenam dan ketika wujud matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala. Dari senja aku belajar akan satu hal, bahwa terang tak selamanya ada. Meskipun sehebat apa pun di mata semesta, sebagaimana kisah cintaku bersamanya, seampuh dan semandraguna apa pun cintaku padanya. Karena pada akhirnya, cintaku berakhir juga. Padahal aku berjuang mati–matian deminya.

Betapa elok dirinya, dengan mudah meruntuhkan mimpi-mimpiku dan meregas harapanku dengan alasan aku orang jauh, aku dari suku Madura, weton yang tak cocok, dan tak direstui orang tuanya. Sehingga dirinya mengambil keputusan, bahwa jalan terbaik adalah memutuskanku. Apakah tak ada jalan lain selain putus? Kita semua tahu, dalam cinta butuh perjuangan dan pengorbanan. Sesulit apa pun dalam cinta seharusnya dihadapi bersama.

Tentunya dia percaya pada keajaiban cinta. Bukan mengambil keputusan sepihak. Ingat, sejak awal dirinya tahu namaku siapa dan asalku dari mana. Mungkin dirinya sudah amnesia atau pura–pura hilang ingatan? Seandainya aku punya mantra yang bisa menyihir dirinya akan kuhadirkan dirinya yang dulu untuk dipertemukan dengan dirinya yang sekarang. Semua itu agar dia ingat kembali, kalau dirinya pernah mengungkapkan cinta. Maka apakah dirinya berani? Tidakkan.

Tak usah banyak alasan. Mungkin ini hanya akal-akalannya saja. Sudah cukup aku dijadikan bahan permainan. Jujur saja, jika di balik sana ada orang baru yang sangat dia cintai. Mungkin ini yang membuat dirinya berbeda dan berubah. Dalam hal ini aku diselimuti gelap. Berbulan-bulan lamanya aku didekam dalam penjara patah hati. Hampir aku mati dibuatnya. Jiwaku terasa lepas dari ragaku. Aku tak berdaya, diliputi ketakutan secuil pun aku tak berani menatap dunia yang penuh drama. Kini patah hati yang aku alami, membuatku benar-benar sekarat.

Terlebih lagi, saat itu tidak ada satu orang pun yang mengerti tentang perasaanku. Bisanya hanya menghina dan mencaci maki diriku dan perasaanku. Di fase itu, aku merasa hidup tak hidup dan mati tak mati. Pada saat itu ingin rasanya aku lari ke luar angkasa langsung menemui Tuhan, agar aku dimatikan lalu dimandikan dengan air telaga surga hingga perasaanku padanya luntur. Setelah itu, baru aku dimakamkan dengan cinta. Karena itu jauh lebih baik dibandingkan aku jadi bulan-bulanan dunia.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Moh. Syamsul Arifin

Penerbit: Pustaka Rumah C1nta
ISBN: 9786234320008
Terbit: Januari 2022 , 240 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Senja tak kalah eksotis dengan fajar. Senja adalah bagian waktu dalam hari, di mana setengah gelap mencapai titik bumi. Senja hadir tatkala matahari sudah terbenam dan ketika wujud matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala. Dari senja aku belajar akan satu hal, bahwa terang tak selamanya ada. Meskipun sehebat apa pun di mata semesta, sebagaimana kisah cintaku bersamanya, seampuh dan semandraguna apa pun cintaku padanya. Karena pada akhirnya, cintaku berakhir juga. Padahal aku berjuang mati–matian deminya.

Betapa elok dirinya, dengan mudah meruntuhkan mimpi-mimpiku dan meregas harapanku dengan alasan aku orang jauh, aku dari suku Madura, weton yang tak cocok, dan tak direstui orang tuanya. Sehingga dirinya mengambil keputusan, bahwa jalan terbaik adalah memutuskanku. Apakah tak ada jalan lain selain putus? Kita semua tahu, dalam cinta butuh perjuangan dan pengorbanan. Sesulit apa pun dalam cinta seharusnya dihadapi bersama.

Tentunya dia percaya pada keajaiban cinta. Bukan mengambil keputusan sepihak. Ingat, sejak awal dirinya tahu namaku siapa dan asalku dari mana. Mungkin dirinya sudah amnesia atau pura–pura hilang ingatan? Seandainya aku punya mantra yang bisa menyihir dirinya akan kuhadirkan dirinya yang dulu untuk dipertemukan dengan dirinya yang sekarang. Semua itu agar dia ingat kembali, kalau dirinya pernah mengungkapkan cinta. Maka apakah dirinya berani? Tidakkan.

Tak usah banyak alasan. Mungkin ini hanya akal-akalannya saja. Sudah cukup aku dijadikan bahan permainan. Jujur saja, jika di balik sana ada orang baru yang sangat dia cintai. Mungkin ini yang membuat dirinya berbeda dan berubah. Dalam hal ini aku diselimuti gelap. Berbulan-bulan lamanya aku didekam dalam penjara patah hati. Hampir aku mati dibuatnya. Jiwaku terasa lepas dari ragaku. Aku tak berdaya, diliputi ketakutan secuil pun aku tak berani menatap dunia yang penuh drama. Kini patah hati yang aku alami, membuatku benar-benar sekarat.

Terlebih lagi, saat itu tidak ada satu orang pun yang mengerti tentang perasaanku. Bisanya hanya menghina dan mencaci maki diriku dan perasaanku. Di fase itu, aku merasa hidup tak hidup dan mati tak mati. Pada saat itu ingin rasanya aku lari ke luar angkasa langsung menemui Tuhan, agar aku dimatikan lalu dimandikan dengan air telaga surga hingga perasaanku padanya luntur. Setelah itu, baru aku dimakamkan dengan cinta. Karena itu jauh lebih baik dibandingkan aku jadi bulan-bulanan dunia.

Pendahuluan / Prolog

Sekapur Sirih
ak terbayang, pada akhirnya aku akan menulis cerita ini. Cerita yang mulanya tak pernah terpikirkan akan berakhir sedramatis ini. Ending-nya, sangat bertolak belakang dengan harapan dan mimpi yang pernah kita rangkai bersama. Sumpah! Seakan mustahil dan tak percaya. Seketika cerita indah itu lenyap bak ditelan bumi, yang tersisa hanyalah penderitaan.

Melihat fenomena ini, rasanya aku ingin tertawa dan menangis. Tertawa bukan lantaran bahagia, melainkan karena aku baru sadar bahwa aku terlalu bodoh. Secara aku mencintainya sepenuh hati, bisa-bisanya diperlakukan seperti badut. Aku menangis, bukan karena aku tidak menerima kenyataan.

Melainkan, kenyataan ini terlalu kejam memberikan harapan.

Kini aku benar-benar merasa seolah dieksekusi mati berkali-kali. Parahnya dengan besar hati, aku harus menyusun cerita ini dengan mendikte semua kenangan. Mulai dari hal kecil sampai hal besar. Ini tak mudah. Aku butuh suntikan energi, ketegaran hati, dan pastinya perlu kesiapan mental yang tinggi.

Semua ini agar aku sanggup menerima kembali ingatan yang mengulang tentangnya saat bersamaku. Demi Tuhan! Bagiku ini sangat berat dan tak mudah, apalagi aku harus menghadirkan kembali cerita itu dalam ingatan. Kemudian disusun menjadi kata, kalimat, paragraf, dan menjadi satu halaman. Dari semua itu, akhirnya terkumpul menjadi beberapa halaman dan tercetaklah sebuah novel yang berjudul “Senja Ceritakan pada Tuhanku Bahwa Aku Patah Hati”.

Ini demi apa? Kalau bukan demi kemanusiaan. Karena aku merasakan betapa hancur dan sakitnya dikhianati oleh seseorang yang sangat kita cintai. Aku yakin, di luar sana masih banyak orang yang menderita seperti aku, bahkan lebih dariku.

Jadi dari sini aku berpikir, bahwa ini adalah jalan terbaik untuk membagi cerita dan pengalaman dengan mereka. Mungkin sebagian orang menganggap buku ini tidak terlalu penting. Namun aku berharap, semoga hadirnya buku ini ke tangan pembaca menjadi pelipur lara dan penawar patah hati.

Karena kita juga berhak bahagiakan? Jadi, Ingat! Hidup hanya sekali. Jadi buatlah hidup lebih berarti.

Daftar Isi

Sampul Depan
Halaman Sampul
Hak Cipta
Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
Penerbit Pustaka Rumah C1nta
Isi Buku
Sekapur Sirih
Mendambakan Restu
Benih Keraguan Tumbuh Mekar
Teromban-Ambing Dalam Ombak Sepi
Terjebak Dalam Zona Kasmaran
Pesimis Atas Hubungan Yang Ditanami Duri
Terasa Beda
Putus, Adalah Kiamatnya Hidupku
Memasuki Gerbang Neraka
Memastikan Cinta Berharap Bisa Diperjuangkan
Bertamu Di Kerajaan Senja
Perpisahan Dengan Senja Di Bumi Jepara
Pada Akhirnya Aku Pergi Dari Kota Jepara
Menapaki Pulau Madura Dengan Hati Terluka
Berteduh Di Gubuk Rohani Mengharap Pelukan Tuhan
Berdua Dengan Bayangan
Malam-Malam Yang Malang
Seharusnya Aku Sadar Bahwa Ada Banyak Cinta Untukku
Tentang Penulis
Sampul Belakang