Hidup adalah perkara memilih. Salah satu fase dalam hidup yang pasti dilewati ialah memilih tempat tinggal. Ada yang membeli rumah besar di pinggiran kota, ada juga yang lebih suka menyewa apartemen kecil di tengah Kota. Setiap orang tentu punya pertimbangan sendiri-sendiri mengenai hunian pilihannya. Bagi sebagian masyarakat Jakarta, faktor utama menentukan tempat tinggal ialah alasan jarak antara tempat tinggal dan tempat bekerja. Seberapa jauh jarak tempuh itu berbanding lurus dengan pilihan mereka saat memilih hunian. Semakin dekat, maka biasanya semakin memikat.
Apartemen di tengah kota Apartemen lazim dibangun di lokasi yang strategis. Misalnya, di tengah kota dengan fasilitas pendukung yang lengkap dan terhubung dengan kawasan bisnis. Akses transportasi publik, pusat perbelanjaan, sekolah, rumah sakit melekat pada kawasan itu. Di sana, infrastruktur kota juga dibangun lebih terintegrasi. Jalur kereta atau rute bus yang melintas juga membelah pusat aktivitas kota. Jarak tempuh dari apartemen ke pusat perkantoran jauh lebih singkat. Itulah barangkali, yang jadi pertimbangan dasar apartemen itu berdiri di tengah kota. Sarana dan prasarana sudah lengkap.
Menurut data dari Colliers International, jumlah apartemen yang akan dibangun di Jakarta pada tahun 2016-2017 ialah 89 apartemen. Berdasarkan data pasar property secondary Indonesia, permintaan apartemen di beberapa wilayah pun terbilang tinggi, namun penyediaannya masih sangat terbatas. Misalnya, permintaan apartemen di wilayah Jakarta Barat cukup tinggi, yaitu mencapai 57,83%, namun ketersediaannya hanya 20,61%.
Dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, rata-rata harga yang dinaikkan oleh pengembang per tahun, yaitu sekitar 18%. Sebagai contoh, pada kawasan pusat bisnis, harga apartemen naik sebesar 39% sehingga harganya menjadi Rp 42 juta/ m2. Kenaikan harga pada sektor hunian apartemen masih akan naik dari tahun ke tahun. Hal ini didukung oleh daya beli apartemen yang terus naik.
