Renovasi “Minimalis” Beberapa tahun lalu istilah minimalis cukup sering terdengar. Sepertinya hampir semua orang pengin punya rumah berdesain minimalis. Kalau rumahnya belum bergaya minimalis, biaya rela dikeluarkan demi mengubah rumah supaya bergaya minimalis. Sekarang? Gaya minimalis sudah mulai ditinggalkan. Tapi bujet untuk renovasi, selalu saja terasa “minimalis” alis pas-pasan. Kebutuhan untuk renovasi selalu saja muncul; entah menambah kamar ketika si kecil punya adik; menambah dak untuk ruang cuci-jemur ketika lahan belakang sudah penuh, atau terpaksa meningkat ketika semua lahan di bawah sudah tidak lagi mencukupi. Bila bujet cekak, sementara kebutuhan ruang sudah tidak terbendung, yang perlu dilakukan adalah bersiasat: bagaimana caranya, ruang bisa bertambah tapi biayanya masih sesuai kantong.
Salah satu strateginya adalah membangun sedikit demi sedikit, dengan desain akhir yang sudah ditentukan. Bila tahun ini kebutuhan kamar si kecil yang paling mendesak, bisa saja itu yang diprioritaskan. Sedangkan meredesain dapur mungkin bisa dilakukan di tahun berikutnya dan membangun carport yang memadai dilakukan setelahnya. Siasat lain adalah meneliti apakah ada ruang-ruang yang bisa dioptimalkan. Bila plafon cukup tinggi, mungkin mezanin jadi salah satu solusi. Bila ruang tamu tidak sering digunakan, mungkin bisa dimanfaatkan sebagai ruang kerja atau ruang keluarga—sementara ruang keluarganya dimanfaatkan sebagai ruang lain. Siasat selalu dibutuhkan ketika bujet pas-pasan. Bagaimana siasat itu bisa dijalankan, silakan jelajahi Laporan Utama edisi ini.