Meningkat (Sebaiknya) Karena Kebutuhan. Kata orang meningkat rumah itu repot? Ya memang repot. Bayangkan, kita membangun rumah di atas rumah yang sudah ada. Prosesnya tentu mirip dengan membangun rumah yang menjejak di tanah. Bahkan problemanya bisa jadi lebih kompleks, karena sering kali kita meningkat rumah yang sudah ditinggali, sehingga kita harus memikirkan tempat mengungsi. Namun dengan segala perkembangan teknologi dalam industri bahan bangunan, kerepotan itu bisa dikurangi. Material-material baru banyak memberikan kemudahan dari segi pemasangan.
Sehingga untuk melakukan satu pekerjaan yang dulu memakan waktu sekian minggu, sekarang bisa dipersingkat jadi hanya seminggu. Dari segi waktu lebih pendek, dari segi kerepotan pun berkurang. Namun di luar segala kemudahan yang tersedia itu, mungkin yang perlu dipikirkan sebelum meningkat adalah: akan digunakan sebagai apa ruang di lantai atas? Pertanyaan ini menjadi penting, karena cukup banyak orang yang meningkat tanpa perencanaan matang, lalu malas naik ke atas. Akhirnya lantai 2 hanya menjadi ruang yang sesekali ditengok, bahkan bisa jadi ruang tersebut cuma dipenuhi barang dan debu.
Kita dapat menempatkan kamar tidur utama di atas, sehingga mau tidak mau setiap hari kita menjamah lantai 2. Akan beda ceritanya bila ruang kerja yang kita taruh di lantai atas. Meningkat rumah yang didorong oleh kebutuhan akan penambahan ruang—bukan keinginan semata—akan membuat kita berpikir dengan matang dalam hal perencanaan ruang. Karena, meningkat rumah seharusnya memberikan kita ruang tambahan, yang berarti bertambah pula aktivitas yang bisa terakomodasi di rumah. Jangan sampai meningkat hanya menambah ruang tak terpakai.