Kuantitas dan kualitas air sangat penting dalam perjalanan hidup manusia. Untuk bisa hidup dengan sehat, menurut Meyritha Maryanie, Corporate Communications and Social Responsibility Division Head Palyja Jakarta, seorang manusia dewasa membutuhkan air bersih sedikitnya 50-60 liter per hari. Lima liter untuk minum, 10 liter untuk pengolahan makanan (memasak), 20 liter untuk sanitasi umum (cuci, menggelontor), dan 15 liter untuk sanitasi perorangan (mandi, cuci muka, cuci tangan).
Itu baru soal kuantitas. Bagaimana dengan kualitasnya? Dalam peraturan yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan terdapat dua istilah untuk air, yakni air bersih dan air minum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk semua kebutuhan sehari-hari, sementara air minum adalah air yang bisa langsung diminum. duA SYArAt Untuk bisa dikategorikan sebagai air bersih, air tanah harus memenuhi setidaknya 2 syarat yakni syarat fi sik dan kimia. Air yang memenuhi syarat fi sik adalah air yang jernih dan tidak keruh, tidak berbau, tidak meninggalkan endapan, dan tidak berasa. Syarat fi sik ini dapat dilihat atau dirasakan langsung oleh pengguna. Sementara syarat kimia tidak dapat dirasakan langsung, pengguna harus memeriksakan airnya ke laboratorium khusus. Syarat kimia ini artinya air bersih harus bebas dari zat-zat kimia seperti mangan, besi, dan sebagainya serta punya tingkat keasaman (pH netral).
Bagaimana dengan air minum? Menurut Meyritha, air minum adalah air bersih yang bebas bakteri, virus, dan spora pembawa bibit penyakit. Sementara sesuai keputusan menteri kesehatan 907/2002, ditambahkanlagi satu syarat yakni bebas radioaktif. Air layak minum ini bisa diperoleh dari hasil pengolahan atau pemasakan. Air bersih yang dimasak hingga mendidih dapat dikategorikan sebagai air minum karena dengan dimasak, bakteri, virus, dan spora akan mati. Air BerSih BeLuM terPenuhi Sayangnya, tidak semua tempat bisa mendapatkan air bersih.
