Jangan Narsis Sia-Sia, Saat ini, kita banyak menemukan ibu-ibu muda yang super sibuk merancang kamar untuk buah hatinya. Bahkan, tidak sedikit yang sudah sibuk sejak si buah hati masih di dalam perut ibu. Kesibukan ini mencakup mencari desain, memilih tema, memilih warna, sampai berburu aksesori dan mainan anak.
Banyak pula yang kemudian bertanya, “Memangnya kalau sudah lahir, nanti si kecil tidur di sana?” Kebiasaan orang Indonesia, anak yang baru lahir tidur bersama orang tua di kamar utama. Bahkan, bisa untuk waktu yang lama, misalnya sampai sekolah dasar. Trus, untuk apa susah-susah merancang kamar anak, yang ditinggali olehnya pun tidak? Ya, inilah femomena sekarang. Mendandani rumah, tampaknya sudah jadi hobi orang banyak—bukan cuma penyuka dunia interior. Bisa mendandani rumah sendiri itu, rasanya sangat menyenangkan. Kamar anak, ada di dalam semua kesenangan ini.
Jadi bisa dibilang, merancang kamar anak saat anak masih di dalam kandungan atau masih bayi, bukan kebutuhan si anak. Melainkan kebutuhan si ibu. Sah-sah saja. Itu dapat dilihat sebagai ungkapan rasa bahagia seorang ibu akan buah hatinya. Namun, agar kamar itu tidak menjadi pajangan di media sosial belaka, sebaiknya dipikirkan juga fungsinya sampai beberapa tahun ke depan. Plus masalah keamanan dan kesehatan di dalamnya.
Misalnya saja, Anda bisa membayangkan bahwa sampai usia 5 tahun, Anda tidak akan membuat kamar anak lagi. Maka Anda perlu menyiapkan furnitur yang cocok untuk anak sampai usia 5 tahun. Anda juga perlu menyiapkan tempat penyimpanan mainan, karena usia sekian mainan anak mulai banyak. Kalau ingin lebih hemat, Anda bisa menyiapkan kamar untuk anak sampai dia memasuki usia sekolah. Syaratnya, buatlah sefl eksibel mungkin. Sehingga begitu anak mulai bisa diajak berkomunikasi, beberapa elemen bisa disesuaikan dengan kesukaan anak. Warna bisa diubah, elemen karakter kesukaan juga bisa ditambahkan dengan mudah. Jadi selain trendi, kamar anak di rumah Anda bisa benar-benar fungsional.