Tampilkan di aplikasi

Kain tenun lurik untuk mebel di rumah kita

Majalah Rumahku - Edisi 139
5 April 2018

Majalah Rumahku - Edisi 139

Kain tenun lurik diperkirakan berasal dari daerah pedesaan di Jawa, tetapi kemudian berkembang tidak hanya menjadi milik rakyat tetapi juga dipakai di lingkungan keraton.

Rumahku
Dinas Kebudayaan Propinsi DIY, dalam bukunya berjudul “Lurik, Tenun Tradisional Jawa”, Yogyakarta, (2011) menjelaskan bahwa pada mulanya lurik dibuat dalam beAntuk sehelai selendang yang berfungsi sebagai kemben atau penutup dada bagi wanita dan sebagai alat untuk menggendong sesuatu dengan cara mengikatnya pada tubuh, sehingga kemudian lahirlah sebutan lurik gendong.

Selanjutnya dijelaskan pula (Gbr.2-3) bahwa masyarakat Jawa jaman dahulu memakai kain lurik sebagai pakaian sehari-hari, bagi wanita kain lurik dibuat kebaya, tapih-nyaping-jarik (kain untuk bawahan). Sedangkan untuk pria sebagai bahan baju pria yang disebut Beskap (Solo) atau Surjan (Yogyakarta).

Selain itu lurik juga digunakan untuk selendang (jarik gendong) oleh para pedagang pasar di daerah Solo dan Klaten Jawa Tengah, untuk menggendong tenggok (wadah yang dibuat dari anyaman bambu).

Selain itu kain lurik juga digunakan dalam upacara tradisional yang berkaitan dengan kepercayaan seperti labuhan, ruwatan, siraman, mitoni, dan upacara yang lainnya.

Sayangnya sekarang ini kain lurik hampir tidak pernah ditemukan penggunaannya dalam masyarakat kecuali untuk pakaian dan upacara adat, sehingga permintaan pasar menurun cukup signifikan yang ditandai dengan menurunnya jumlah sentra-sentra produksi yang dulunya terpusat di daerah Pedan – Klaten.

Akibatnya kain tenun lurik menjadi langka, atau menjelang punah untuk itu dibutuhkan gerakan bersama untuk membangkitkan kembali eksistensi kain tenun lurik dan mengembangkan perannya ke bidang lain yaitu mebel dan produkproduk interior lainnya.
Majalah Rumahku di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI