Tampilkan di aplikasi

Menumbuhkan komunikasi positif antara menantu dan mertua

Majalah Rumah Zakat - Edisi 54
15 Maret 2018

Majalah Rumah Zakat - Edisi 54

Vindhy Fitrianti, S.Psi, Dosen, Trainer & Praktisi Emotional Freedom Technique.

Rumah Zakat
“Saya dan suami memiliki komitmen yang sejalan, tapi mertua saya…..”

“Pasti rencana yang sudah kami atur bisa langsung berantakan kalau mertua sudah turut campur!”

“Duh…ribet kalau diskusi sama mertua.”

Pada kenyataannya, hubungan menantumertua tidak selalu mulus. Namun hubungan satu ini ternyata memiliki peranan yang cukup signifikan untuk mempengaruhi kondisi suami istri. Lantas, apa yang perlu dilakukan jika kita berada pada posisi menantu?

Pertama, terima realita bahwa mertua dengan segala kekurangan yang mereka miliki adalah bagian dari kehidupan kita saat ini. Ketika kita berkomitmen untuk bersama dengan pasangan kita, itu artinya kita mau ataupun tidak, akan selalu bersama dengan mertua, meskipun terpisah secara fisik dengan tempat tinggal yang berbeda.

Mengeluhkan sifat mertua yang mungkin terlampau sensitif, atau menuntut mereka berubah atau juga meminta pasangan untuk mengubah sifat mertua, hampir sama seperti berharap orang tua kita sendiri berhenti memperhatikan kita. Mungkin kita tidak benar-benar sepakat dengan mertua. Namun mencari jalan atau cara untuk dapat menumbuhkan hubungan yang nyaman dengan mereka adalah penting.

Kedua, mertua kita hidup dengan sifat yang melekat pada diri mereka, lebih lama ketimbang usia kita. Tentunya akan lebih sulit bagi mereka untuk mengubah sifat serta kepribadian yang mereka miliki. Kita sebagai anak dan menantu yang perlu menyadari kondisi ini. Selain itu, dinamika psikologis orang tua yang telah sekian lama membersamai kita atau pasangan kita, memiliki beragam ketidakmudahan untuk melepas peran-peran itu begitu saja.
Majalah Rumah Zakat di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI