Entah sejak kapan saya jatuh cinta pada matahari. Hal itu pula yang menyebabkan saya sangat semangat ketika menerima ajakan mendaki Gunung Prau. Ya, sunrise Prau adalah salah satu sunrise terbaik di ketinggian tanah Jawa.
Jujur tak banyak persiapan yang sempat saya lakukan, tidak olah raga rutin sebelumnya, pun menyiapkan seperangkat alat naik gunung. Saya hanya memastikan baterei kamera terisi penuh, meski tentu saja tak mengesampingkan segala persiapan teknis seperti sepatu, jaket, sarung tangan, masker, senter serta minuman dan snack yang cukup. Kami mulai mendaki pukul 02.00 dini hari melalui Jalur Dieng agar bisa melihat sunrise di puncak. Eh, bukan di puncak, tepatnya sunrise dari camping ground.
Mungkin selama ini banyak pendaki mengira bahwa Gunung Prau berada di ketinggian 2565 mdpl. Padahal itu adalah ketinggian dari camping ground-nya. Sementara puncak Prau sendiri berada di ketinggian 2590 mdpl. Jalur pendakian ke Prau biasanya ditutup pada Januari hingga April untuk pemulihan jalur, pembersihan sampah, reboisasi, pendataan ekosistem, serta evaluasi.
Bagi yang ingin mencoba naik gunung, Prau bisa dijadikan pilihan pertama. Jalurnya yang tak sulit serta pemandangan yang indah akan menjadikan pengalaman pertama melakukan pendakian tak terlupakan. Jika melakukan pendakian di musim kemarau dan suhu udara mencapai titik terendah, kita bisa menemukan kristal es. Tinggal bawa sirup aja ya..
Di Prau juga ada gundukan bukit teletubbies yang ditumbuhi warna-warni Bunga Daisy. Belum lagi lautan awan yang memutih terhampar layaknya kapas. Jika cuaca cerah di kejauhan tampak gagah berdiri lima gunung sekaligus yaitu, Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, dan Lawu. Sedang di arah barat tampak Gunung Slamet yang gagah.
