Tampilkan di aplikasi

Sensasi puasa 18 jam di negeri kincir angin

Majalah Rumah Zakat - Edisi 68
16 Mei 2019

Majalah Rumah Zakat - Edisi 68

Di depan kampus Wageningen Belanda / Foto : RZ Magz

Rumah Zakat
Menjadi kaum minoritas di sini memang tidak mudah. Terlebih ketika aku harus menjalankan puasa Ramadhan di sini selama 18 jam penuh.
Sungguh menantang dibandingkan menjalankan puasa di Indonesia.

Dimulai dengan rutinitas harianku sejak pukul 03.30 waktu setempat untuk bangun menunaikan sahur dan selanjutnya pada pukul 04.30 aku menunaikan salat subuh. Perlu diperhatikan, jam salat di sini tidaklah sama dengan di Indonesia, setiap hari kami harus melihat jadwal salat yang sudah dibagikan, karena setiap harinya berganti. Kegiatan selanjutnya akupun bersiap-siap untuk ke kampus, karena pukul 08.00 saya sudah harus di kampus.

Alhamdulillah kampus saya hanya berjarak lima menit dari tempat tinggal dengan menggunakan sepeda. Belanda adalah negara nomor satu pengguna sepeda terbanyak di dunia, jadi tidak heran sepeda merupakan transportasi andalan kami. Perkuliahan saya dimulai dari pukul 08.30 sampai dengan pukul 17.00 setiap harinya dengan diselipkan istirahat siang pada pukul 12.00-13.30.

Di sini kami juga mempunyai tantangan lain dalam beribadah, dikarenakan jadwal salat yang tidak menetap setiap harinya.Menjadi minoritas di Wageningen kota kecil yang cantik ini membuatku ragu untuk mempertunjukan keislamanku. Aku takut seperti berita yang tersiar begitu ramai di berita-berita yang ada, begitu negatifnya kata Islam di Eropa. Namun, justru di sanalah aku belajar mengenal Allah lebih mendalam. Alhamdulillah pandangan miring yang kutakutkan terhadap Muslim dari masyarakat lokal tidak kutemui.
Majalah Rumah Zakat di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI