Tampilkan di aplikasi

Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia - Edisi 1/2018

Samudra tanpa hiu yang kita kenal sekarang, bukanlah samudra sejati. / Foto : SDAAI/Alex Mustard

Scuba Diver AustralAsia Indonesia
Saya lahir pada tahun 1975, saat film Jaws pertama dirilis dan sukses memecahkan rekor box office di banyak negara.

Itulah film pertama yang menggambarkan hiu sebagai ikan jahat haus darah—gambaran yang mengerikan dan agaknya masih banyak dipercaya sampai sekarang.

Namun, gambaran yang dilihat para kontributor kami sangat berbeda. Menurut pengalaman mereka yang sudah menyelam ribuan jam bersama kawanan hiu, film Jaws sungguh jauh dari kenyataan. Karena itu, kami para penyelam dan fotografer bawah laut yang mengetahui sifat alamiah hiu merasa bahwa kebenaran ini harus disebarluaskan.

Pada kenyataannya, manusia lebih merupakan ancaman bagi hiu, bukan mangsa. Kini para hiu kian banyak ditangkap untuk dikonsumsi manusia. Padahal hiu adalah predator puncak dengan tingkat pertumbuhan serta reproduksi yang lambat. Alhasil, semakin hari populasinya semakin tergerus, tidak bisa mengimbangi nafsu industri yang kian besar.

Beberapa dekade lalu, hiu oceanic adalah predator besar yang paling mudah dijumpai di lautan. Namun, sekarang populasinya sudah menurun hingga 99 persen karena banyak diburu manusia. Samudra tanpa hiu yang kita kenal sekarang, bukanlah samudra sejati.
Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI