Tampilkan di aplikasi

Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia - Edisi 1/2018

Apa yang terjadi ketika hiu punah. / Foto : Alex Mustard

Scuba Diver AustralAsia Indonesia
Di suatu kawasan Samudra Atlantik, penurunan populasi 11 jenis hiu mengakibatkan populasi 12 jenis ikan pari meledak hingga 10 kali lipat. Jenis kerangkerangan (bivalvia) yang merupakan mangsa ikan pari pun habis dengan cepat di luar batas normal karena jumah predatornya meningkat drastis.

Hilangnya bivalvia lalu mengakibatkan tingkat kekeruhan air meningkat hingga kemampuan fotosintesis lamun (seagrass) menurun. Pada kelanjutannya, hilangnya lamun menyebabkan ikan-ikan juga hilang, berpindah ke tempat lain atau mati karena kekurangan oksigen, hingga kawasan itu disebut dead zone. Hilangnya spesies kerang menyebabkan bisnis kuliner di kawasan tersebut juga runtuh, sehingga perekonomian terganggu. Bukankah ini sebuah bencana? Menurut data yang dihimpun WWF Indonesia, saat ini ada 100 juta ekor hiu yang ditangkap manusia tiap tahunnya di seluruh dunia. Seandainya tidak ada perubahan signifikan dalam praktik bisnis perikanan global, hiu terancam punah sepenuhnya dalam 50 tahun ke depan, atau mungkin lebih cepat.

Fenomena penurunan populasi hiu juga dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia. Menurut data survei yang dihimpun WWF Indonesia, 89% nelayan menyatakan jumlah hiu yang tertangkap terus menurun, dan 44% menyatakan bahwa lokasi menangkap hiu bergeser semakin jauh dari pantai.

Dengan kata lain: hiu di Indonesia sudah semakin berkurang dan sulit ditemukan.
Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI