Tampilkan di aplikasi

Budaya maritim berkelanjutan di Sulawesi Tenggara

Majalah Sedap - Edisi 08/2016
2 Agustus 2016

Majalah Sedap - Edisi 08/2016

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagian besar warga dunia tahu itu. Tapi seberapa besar pengetahuan kita akan budaya maritim bangsa kita sendiri? Simak ulasan menarik ini. Ternyata banyak hal memang tak kita tahu sama sekali tentang kearifan maritim. / Foto : Visual Kharisma

Sedap
Boleh jadi kita tak punya banyak pengetahuan yang mendalam tentang kekayaan maritim kita. Termasuk berapa jenis ikan yang dapat kita nikmati dan teknik olahnya. Mungkin saja kita juga tak tahu hubungan antara teknik menangkap dengan citarasa produk laut Indonesia. Bagaimana pula pengaruh ekosistem bawah laut dengan keanekaragaman ikan dan habitatnya? Tahukah Anda bahwa ada beberapa nelayan sudah kehilangan minatnya menjadi nelayan? Alih-alih mereka ingin sekali menjadi pemandu wisata menyelam karena penghasilannya jauh lebih besar.

Sementara jauh terpencil di sana, masih ada beberapa penatua yang memiliki kearifan dan pengetahuan luar biasa akan keberlanjutan dunia bahari kita dan sangat disegani oleh banyak nelayan. Membicarakan kebesaran legenda nenek-moyang kita sebagai bangsa pelaut yang ulung memang tidak akan pernah ada habisnya. Sayang kalau pengetahuan kita hanya terbatas pada keelokan fisik perahu Pinisi asal Tanjung Bira, Sulawesi atau kemahiran suku Bajo dalam menyelam dan berburu ikan menggunakan tombak.

Percayalah, di balik itu semua, bangsa kita masih menyimpan banyak pengetahuan dahsyat yang menjaring tema keberlanjutan. Dan beberapa di antaranya saya temukan di kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bersama dengan tim ekspedisi Liwuto Pasi WWF Indonesia, saya mempelajari hubungan antara teknik menangkap ikan dengan kualitas citarasa yang dihasilkan, ditambah dengan sedikit keberuntungan, saya berhasil membuktikannya.

Berkat Jasa Seorang Parika Ada banyak profesi di dunia ini yang semakin langka, memudar seiring perkembangan zaman modern. Salah satunya adalah parika. Parika adalah pemimpin kelompok nelayan yang dituakan dan dihormati karena kemampuan logika dan intuisi pada kelautan, khususnya dalam menentukan waktu tepat dalam melaut dan memasang perangkap ikan tradisional (sero/bubu), area pemasangan perangkap, serta pantangan-pantangan dan trik-trik untuk menghindari bahaya dalam menangkap ikan di laut atau dalam perangkap ikan.
Majalah Sedap di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI