Tampilkan di aplikasi

Fenomena kedai kopi

Majalah Sedap - Edisi 10/2016
20 Oktober 2016

Majalah Sedap - Edisi 10/2016

Saat ini, munculnya kedai kopi di banyak kota di Indonesia ibarat tumbuhnya jamur di musim penghujan. Jumlahnya nyaris tak terhitung lagi. Namun dari sekian banyak kedai kopi yang ada, tak banyak yang menyediakan lokasi sekaligus memberi edukasi bahkan ikut membantu para petani kopi lokal. Nah, berikut 4 kedai kopi di antara yang tak banyak itu.

Sedap
Jakarta Coffee House, Jakarta Jakarta Coff ee House (JCH) semula menempatkan diri sebagai pemasok biji kopi specialty arabika Indonesia pada 2011. Namun seiring waktu, seolah dibutuhkan ‘pembuktian’ bahwa kopi yang disediakan JCH benar-benar punya kualitas prima. “Jadilah kami buka coff ee shop. Sehingga konsumen, baik skala besar maupun personal, bisa langsung mencicipi beragam kopi specialty arabika yang kami kumpulkan dari para petani kopi di Indonesia,” terang Ardani Yusuf Prawira, barista JCH.

Hubungan JCH dengan para petani kopi di Indonesia sudah dirintis sejak awal 2000-an oleh sang founder, Borie, demi mencicipi beragam jenis kopi arabika dari Aceh hingga Papua. Mengapa arabika? Alasannya, arabika dapat menghasilkan kopi specialty yang punya citarasa khas berbeda, tergantung lingkungan tumbuhnya. “Tiap biji kopi arabika dari daerah tertentu punya rasa khas masing-masing. Ada yang punya aroma daun teh karena tumbuh dekat perkebunan teh, bahkan aroma durian bila ditanam dekat kebun durian. Jadi setiap specialty coff ee punya keunikan rasa,” imbuh Ardani.

Salah satu andalan JCH adalah kopi sipetung dari Bondowoso, yang sangat jarang ditemui di kedai-kedai kopi pada umumnya. Kopi specialty asal Bondowoso ini ditanam petani kopi yang kerap disapa Pak Entung. “Oleh Borie, kopi ini diberi nama sipetung sebagai penghargaan atas jasa Pak Entung yang telah bekerja keras menghasilkan biji kopi terbaik untuk kami, yang saat ini dilanjutkan oleh putra Pak Entung,” jelasnya. Kopi sipetung punya citarasa asam yang khas dengan tingkat roasting medium, sehingga terasa lembut di setiap sesapannya. “Bahkan ketika kopinya mulai dingin, rasanya tak akan berubah. Sebab, biji kopi dipetik saat sudah berwarna merah, sehingga kopi terasa manis dan smooth,” lanjut Ardani.
Majalah Sedap di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI