Ikhtisar
Perilaku bullying di kalangan siswa sudah sedemikian memprihatinkan dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Penulis menawarkan gagasan rancangan kurikulum anti-bullying yang sederhana namun terperinci dan sistematis untuk benar-benar memahami pola dan perilaku bullying memang tidak mudah, butuh kejelian dan ketelitian karena sebagian besarnya tersembunyi bak misteri.
Karena itu, pola dan perilaku bullying ini harus ditelusuri dan digali sebelum mengambil langkah solusi yang harus ditempuh. Bisa jadi, tiap sekolah atau lingkungan punya karakter sendiri-sendiri. Buku ini mencoba untuk memaparkannya, mulai dari menelusuri jejak perilaku kekerasan dan bullying di sekolah, hingga memformulasikan kurikulum yang tepat untuk diterapkan di sekolah.
Inilah pendekatan yang paling efektif karena kurikulum bergerak dalam level sistem. Dengan harapan, momok bullying yang selama ini menghantui siswa di sekolah menemukan solusi yang berkesinambungan. Artinya, ide mewujudkan sekolah tanpa bullying bukanlah hal yang mustahil untuk direalisasikan.
Mengapa Melawan Bullying? Jargon “make a stand against bullying” merupakan sinonim perlawanan terhadap bullying. Mengapa melawan? Bukankah melawan mengandung unsur kekerasan? Kata melawan tidak sepenuhnya benar jika dikaitkan dengan kekerasan. Kita tengok bagaimana Mahatma Gandhi melakukan long march atau dikenal salt march sebagai bentuk perlawanan terhadap monopoli garam Inggris. Gandhi bersama 78 pengikutnya tidak melakukan aksi kekerasan, mereka melakukannya dengan damai.
Selain itu, di dalam perlawanan ada semangat kebersamaan. Apabila Gandhi melawan sendirian maka sudah dipastikan sulit didengar. Penulis menyadari menyelesaikan bullying di sekolah tidaklah mudah. Butuh kerjasama yang solid dan berkesinambungan yang melibatkan guru, orangtua, manajemen sekolah, media dan pemerintah.
Gerakan Melawan Bullying Online & Offline
Bullying Crisis Center (BCC) aktif menyuarakan gerakan melawan bullying di facebook sejak tahun 2016. Informasi yang disampaikan beragam, mulai hasil survei frekuensi bullying hingga tips menangani bullying pada anak untuk orangtua. Informasi dikemas dalam bentuk artikel, gambar dan video. BCC juga turun ke sekolah-sekolah dan seminar-seminar untuk menyuarakan gerakan melawan bullying
Pendahuluan / Prolog
Prakata
Buku yang ada di tangan Anda ini merupakan resume dari penelitian penulis sejak menempuh program magister hingga menjadi dosen di Universitas Hang Tuah Surabaya. Agak panjang memang. Ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah bullying sebenarnya bukan wacana baru, namun hingga kini belum juga benar-benar tuntas penanganannya.
Untuk benar-benar memahami pola dan perilaku bullying memang tidak mudah, butuh kejelian dan ketelitian karena sebagian besarnya tersembunyi bak misteri. Karena itu, pola dan perilaku bullying ini harus ditelusuri dan digali sebelum menempuh langkah solusi yang harus ditempuh. Yang bisa jadi, tiap-tiap sekolah atau lingkungan punya karakter sendiri-sendiri. Buku ini mencoba untuk memaparkannya, mulai dari menelusuri jejak perilaku kekerasan dan bullying di sekolah, hingga memformulasikan kurikulum yang tepat untuk diterapkan di sekolah. Adapun perinciannya sebagai berikut.
Bab 1-5 menjelaskan tentang bagaimana menggali permasalahan kekerasan di sekolah. Anda bisa melakukan tahapan-tahapan tersebut dengan menggunakan instrumen yang telah tersedia untuk menggali tingkat perilaku kekerasan siswa, keyakinan siswa terhadap kekerasan, faktor pemicu terjadi kekerasan dan solusi untuk mengatasi kekerasan di sekolah. Hasil dari penelusuran tersebut menjadi dasar penyusunan rancangan kurikulum anti kekerasan di sekolah.
Bab selanjutnya akan dijelaskan bagaimana menggali permasalahan bullying di sekolah. Menggali permasalahan bullying di sekolah membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian. Terkadang guru tidak menyadari, bahkan tidak mengakui bahwa di sekolahnya terjadi bullying. Hal tersebut bisa dimaklumi karena bullying dapat terjadi dengan sangat terang-terangan atau sangat tersembunyi.
Ibarat gunung es, fenomena bullying tampak kecil di permukaan, tetapi di bawahnya terdapat bongkahan besar yang tidak terlihat. Perilaku bullying yang mudah diamati gejalanya adalah jenis bullying fisik dan verbal. Contoh bullying jenis fisik, seperti memukul, mendorong, menendang. Semua relatif mudah untuk diamati. Begitu pula seperti menghina dan mengejek. Keduanya tergolong bullying verbal yang relatif mudah diamati. Berbeda dengan menggosip dan mengasingkan siswa. Ini termasuk dalam jenis bullying psikis. Jika siswa tidak melapor, perilaku itu sulit diamati.
Cara pandang paling sederhana dalam menelusuri bullying adalah mengamati siswa yang tidak “happy” sekolah. Siswa yang terlihat murung dan menyendiri adalah indikasi siswa mengalami bullying. Selain itu bullying juga berkaitan dengan masalah relasi pertemanan bahwa siswa belum siap untuk menerima siswa lain yang berbeda dengan dirinya. Relasi anak berkembang dari homogen menuju ke heterogen. Artinya, pada tahapan anak hingga awal remaja, mereka akan memilih teman yang homogen. Ketika beranjak ke tahapan remaja akhir, pertemanan mereka mulai heterogen.
Bab 6 menyajikan hasil penelitian terkait prevalensi bullying di SMA dan SMK di Surabaya. Hasilnya penelitian ini menyajikan data frekuensi bullying dari perspektif pelaku dan korban, jenis bullying berdasarkan jenis kelamin, dan seterusnya. Di Bab 6 nanti ditambahkan item-item yang direspons tinggi dan rendah sebagai gambaran bahwa bullying yang terjadi di SMA dan SMK Surabaya didominasi oleh jenis bullying tertentu.
Sedangkan Bab 7 dan Bab 8 merupakan formula kurikulum yang tepat untuk diterapkan di sekolah sesudah menggali masalah kekerasan dan bullying di sekolah. Secara khusus, Bab 8 membahas tentang modul kurikulum yang sudah siap untuk diterapkan di sekolah.
Semoga ijtihad buku Melawan Bullying: Menggagas Kurikulum Anti Bullying di Sekolah ini bisa bermanfaat sebesar-besarnya dan mampu memberantas bullying dengan pendekatan yang lebih tepat, efektif, dan efisien. Dengan harapan, cita-cita mewujudkan sekolah yang aman pun bisa segara diwujudkan. Amin ya rabbal alamin.
Penulis
Penulis
Lutfi Arya - Lutfi Arya, lahir di Surabaya, 1 Januari 1983. Setelah lulus dari Pondok Pesantren Gontor (2000), ia melanjutkan studi S1 di Universitas Surabaya Jurusan Psikologi. Setelah lulus program S1 (2007), ia bekerja sebagai guru bimbingan konseling di salah satu SMA swasta di Surabaya. Pada tahun 2010, ia menamatkan studi S2 Magister Profesi Psikologi di Universitas Surabaya.
Saat ini ia mengajar sebagai dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Mengampu mata kuliah Bimbingan Konseling dan Manajemen Pendidikan. Aktif dalam temu ilmiah nasional psikologi sebagai pemakalah. Mendirikan Bullying Crisis Center sebagai pusat studi bullying dan kekerasan di sekolah. Aktif mengampanyekan anti bullying di SMA dan SMK di Surabaya.
Daftar Isi
Sampul
Prakata
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Prolog: Fenomena Bullying di Sekolah
Bab 1. Perilaku Kekerasan di Sekolah
Definisi Kekerasan di Sekolah
Dampak Perilaku Kekerasan bagi Sekolah
Faktor Terjadinya Kekerasan
Studi Kasus di SMA “X” Surabaya
Bab 2. Perencanaan Kurikulum Pro Sekolah Aman
Prinsip dan Tujuan Perencanaan Kurikulum
Materi Perencanaan Kurikulum
Metode Pembelajaran
Sumber Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Bab 3. Kurikulum sebagai Media Kontrol
Perkembangan Emosi Remaja
Kurikulum sebagai Media Kontrol
Bab 4. Menelusuri Jejak Kekerasan di Sekolah
Menggali Kekerasan di Sekolah
Rekap Analisis Kebutuhan Penyusunan Kurikulum
Bab 5. Menggali Solusi Mengatasi Tingkat Kekerasan di Sekolah
Keyakinan Siswa terhadap Perilaku Kekerasan
Faktor Pemicu Terjadinya Kekerasan
Solusi untuk Mengatasi Kekerasan
Bab 6. Prevalensi Bullying Siswa SMA dan SMK di Surabaya
Grafik Perilaku Bullying di Surabaya
Prevalensi Bullying Siswa Menengah Atas di Surabaya
Bab 7. Menggagas Kurikulum Anti Bullying di Sekolah
Persiapan Penyusunan Modul Kurikulum
Pelaksanaan dan Evaluasi Uji Coba
Bab 8. Modul Kurikulum Anti Bullying di Sekolah
Pertemuan 1: Apa yang Terjadi di Sekolah Kita?
Pertemuan 2: Bullying di Sekolah
Pertemuan 3: Menerima Kelebihan Individu
Pertemuan 4: Menghargai Perbedaan Individu
Pertemuan 5: Empati
Epilog: Mewujudkan Sekolah Tanpa Bullying
Daftar Referensi
Tentang Penulis
Gerakan Melawan Bullying di Sekolah