Kejadian puso dan gagal panen selalu membayangi petani terutama manakala kondisi iklim tak menentu. Namun dengan adanya perlindungan asuransi dan pencairan klaim yang lancar, petani dengan mudah bisa kembali bertani. Kejadian banjir bandang di Sulawesi Selatan (Sulsel) cukup membuat petani di tiga kabupaten (Wajo, Soppeng dan Bone) patah semangat.
Bagaimana tidak, total kejadian puso di tiga kabupaten ini terdata pada awal Juli 2018 mencapai luasan 11.480 ha, meliputi Wajo 7.591 ha, Soppeng 2.969 ha dan Kabupaten Bone 920 ha. Petani di Ketiga wilayah ini sedang dalam proses tanam untuk bisa dipanen Agustus mendatang.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pun tidak tinggal diam melihat daerah sentra beras di Sulsel ini mengalami banjir akibat hujan deras. Dirinya langsung turun memberikan beberapa bantuan langsung termasuk bantuan alsintan. Tak hanya itu, Mentan juga menjamin kelancaran pencairan klaim asuransi bagi petani yang telah mendaftarkan diri menjadi peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Sebagai informasi, petani memiliki ruang untuk mengklaim kerugian jika usaha pertaniannya mengalami risiko. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 5 Ayat (1) Permentan 40/2015 tentang Fasilitas Asuransi Pertanian. ”Jangan semua minta, yang ada preminya, yang ada asuransinya,” kata Amran saat meninjau bencana banjir di Kabupaten Wajo.
Pengajuan klaim tersebut bisa dilakukan setelah petani melaporkan kerusakan atau kerugian sesuai hasil pemeriksaan dan mendapat persetujuan dari perusahaan asuransi. Amran memastikan proses pencairan dana klaim asuransi tak memakan waktu lama.
Dia menyebut, dalam kurun waktu sepekan, petani bisa mendapatkan ganti rugi atas musibah banjir yang membuat sawah mereka puso. Pernyataan Amran tersebut dibenarkan oleh Kepala Kantor Penjualan Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) Cabang Makassar Girindra Anggoro.
