Kualitas dan kuantitas pertanaman padi dari Kabupaten Buru sudah sangat dikenal masyarakat Maluku. Bagaimana tidak? Kabupaten ini mampu menyumbang 60% dari total produksi beras di Maluku. Kabupaten Buru juga merupakan lumbung padi yang tidak mengenal musim paceklik.
“Petani Kabupaten Buru siap menjadi master of champion di rumahnya sendiri, siap menjadi yang the best di Maluku,” kata Bupati Buru, Ramly Umasugi dalam acara Panen Padi Sawah di Desa Deboai, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, beberapa waktu lalu.
Ramly mengungkapkan, pada tahun 2017, produksi padi Pulau Buru surplus lebih dari 23 ribu ton. Kelebihan itu langsung ditangkap bupati lainnya seperti Halmahera Utara, Taliabu, Aru dan Walikota Tual. “Mereka langsung minta beras kita. Artinya kebutuhan beras kita tidak berkurang,” ungkapnya.
Data Pemda Maluku, hingga akhir tahun 2018, Provinsi Maluku ditargetkan menghasilkan padi sebanyak 41.114 ton Gabah tanam 10.775 ha. Khusus untuk Kabupaten Buru hingga tahun 2017 memiliki luasan sawah 8.114 ha dan yang dapat ditanami dua kali setiap tahunnya.
Setidaknya ada tiga sentra pertanaman padi yang menjadi penopang produksi di Kabupaten Buru yaitu Kecamatan Waeapo, Waelata dan Lolong Guba. Untuk luasan panen per tahunnya mencapai 11.241 ha dengan produktivitas rata-rata 4,7 ton/ ha GKG. Sehingga diperoleh total produksi 53.075 ton GKG atau setara dengan 33.426 ton beras.
“Harapan kita untuk menyuplai beras Maluku bahkan Maluku Utara bisa tercapai,” tuturnya optimis. Sementara itu Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP), Kementerian Pertanian, Pending Dadih Permana mengapresiasi hasil panen yang dilakukan petani Desa Deboai, Kabupaten Buru.
