Data Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) dari 8 juta hektar (ha) lahan sawah di Indonesia, yang status bahan organiknya rendah atau kurang sehat mencapai 70% atau kurang lebih 5 juta ha. Dampak lebih lanjut dari tanah yang tidak sehat terjadi degradasi lahan, sehingga produktivitas pertanian menurun drastis.
Kondisi tersebut bisa semakin parah jika terjadi di lahan miring yang tererosi tanpa adanya konservasi. “Kurang sehatnya tanah karena penggunaan (lahan) inten sif, sehingga tanah menjadi teroksidasi dan bahan organik menjadi terdekomposisi dan kandungan di dalam tanah menjadi sedikit,” kata Kepala BBSDLP, Dedi Nursyamsi.
Ada cara yang mudah un tuk bisa mengembalikan kesu buran tanah yakni dengan mengembalikan kandungan organik dalam tanah. Caranya mengembalikan biomass jerami padi ke dalam tanah.
Jerami tersebut akan di dekomposisi secara alamiah di lahan kemudian diaduk saat pengolahan, sehingga nantinya bahan organik tanah akan meningkat. “Bisa juga jeraminya dimakan oleh sapi kemudian kotoran sapinya dikembalikan ke lahan.
Jadi harus dikembalikan ke lahan,” tuturnya. Dari beberapa literatur, jerami mengandung kandungan Silikat 4-7%, Kalium Oksida 1,2- 1,7%, Posphor Oksida 0,07-0,12% dan kandungan nitrogen 0,5-0,8%.
Dengan pengomposan, unsur-unsur hara tersebut sangat berguna bagi tanaman. Kompos jerami mampu memperbaiki sifat-sifat tanah, baik fisik, kimia maupun sifat biologi tanah. “Dengan mengolah kembali limbah jerami menjadi kompos, kita dapat menghemat pembelian pupuk organik,” kata Dedi.
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.