Sekretaris Asosiasi Perusahaan Alat dan Mesin Pertanian Indonesia (Alsintani), Abdul Karim mengatakan, mekanisasi pertanian di Indonesia berjalan karena pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian memberikan bantuan alsintan yang cukup banyak. Mulai alsintan untuk pengolahan tanah hingga pascapanen yang diberikan langsung ke petani.
Tetapi Karim memberikan catatan tersendiri terhadap bantuan alsintan yang pemerintah berikan. Misalnya, bantuan alsintan ke petani tidak sesuai dengan lokasinya. Contohnya, di Kalimantan yang dibutuhkan adalah combine harvester (alat panen) yang ukuran menengah karena tanahnya sebagian rawa. Tetapi sayangnya, bantuan yang diberikan justru combine harvester besar.
“Tentu saja tidak bisa dipakai oleh petani. Ujung-ujungnya mangkrak (tidak digunakan),” katanya. Kesalahan pemberian jenis bantuan ini menurut Karim, biasanya dari dinas pertanian setempat. Seharusnya ketika petani meminta bantuan, dilihat dulu apakah sesuai atau tidak. Kalau sesuai, baru bantuan diajukan. “Intinya harus survey lapangan dulu, terutama dinas.
Tetapi untuk Kementan saya rasa sekarang sudah begitu. Ketika ada pengajuan bantuan, mereka mengeluarkan tim untuk survey lapangan. Baru setelah itu bantuan datang berdasarkan hasil survey di lapangan tersebut,” papar Karim. Dengan adanya survey lapangan dari Kementan, tentu bantuan alsintan saat ini dapat dikatakan tepat sasaran. Tinggal bagaimana mensosialisasikan cara penggunaan yang benar dan bagaimana memperbaiki jika ada yang rusak.
Pelatihan Petani
Mengenai adanya alsintan yang belum optimal, menurut Karim bukan hanya kesalahan jenis pemberian, tapi juga karena faktor perawatan. Selama ini petani yang diberikan alsintan, terkadang tidak paham bagaimana memperbaikinya ketika rusak atau tidak melaporkan ke penyuluh, sehingga alsintan tersebut tidak bisa digunakan.
