Demikian diungkapkan Joseph Byrum dalam Strategic Executive for the Fortune 500. Karena itu di era industri 4.0, bertani sudah tidak bisa lagi secara konvensional, tapi juga perlu adanya terobosan baru dengan teknologi canggih berbasis data analisis.
Karena itu di Museum Tanah dan Pertanian, cara bertani dengan teknologi masa depan pun coba digambarkan. Misalnya, teknologi Smart Farming. Cara budidaya yang smart ini memanfaatkan teknologi seperti big data, machine learning, dan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam industri agrikultur.
Artinya, untuk memprediksi hasil panen menggunakan model matematika dengan menganalisa data hasil panen sebelumnya, cuaca, kandungan kimiawi, kondisi daun, dan biomassa. Kemudian sensor IoT yang diletakan di lahan pertanian akan memudahkan dalam mengumpulkan dan meningkatkan akurasi data.
Dengan prediksi semacam ini petani akan mengetahui apa yang akan ditanam, di mana dan kapan untuk mencapai hasil panen yang maksimal. Petani juga dapat mengetahui manajemen resiko karena menggunakan big data untuk mengetahui seberapa besar resiko gagal panen di musim ini.
Dengan kemajuan teknologi memungkinkan juga petani mendeteksi hama dan beberapa kontaminasi eksternal. Pengumpulan data seperti kelembaban udara, temperatur, dan kadar keasaman tanah dapat membantu petani dalam memonitor lahan pertanian.
Untuk menuju Smart Farming, Indonesia harus menempuh perjalanan yang cukup panjang. Namun beberapa hasil teknologi berikut ini bisa diterapkan di Indonesia di masa yang akan datang.
Integrated Farming
Indonesia sendiri sudah merintisnya melalui integrated farming (pertanian terintegrasi). Yakni, sistem pertanian terpadu berbasis teknologi ramah lingkungan yang menghubungkan semua komponen pertanian dalam satu sistem usaha budidaya tanaman dan ternak.
