Alsintan yang pemerintah bagikan ke petani umumnya handtraktor roda dua dan empat. Sedangkan alsintan besar seperti combine harvester diberikan ke Dinas Pertanian untuk dikelola Brigade Alsintan.
Ada juga yang dikelola Brigade Alsintan yang berada di bawah KODIM. “Bagi petani yang ingin menggunakan alsintan yang berada di Dinas Pertanian atau KODIM, saya minta tidak perlu takut untuk mengajukan pinjaman,” ujarnya.
Seperti diketahui program Serasi dirintis bertahap sejak dua tahun lalu diawali dengan melakukan penelitian dan pengamatan terkait persoalan di lahan rawa. Benih yang ditanam awalnya tidak cocok hingga ditemukan Inpara 2.
Dengan kondisi Ph yang rendah, varietas bibit ini bisa menyesuaikan produksi hingga 6 ton.
Sarwo Edhy menjelaskan, di Kalsel potensi lahan rawa ada sekitar 257.300 ha. Dari jumlah tersebut yang sudah ada CP/CL (Calon Petani/Calon Lahan) seluas 160.481 ha. Sudah disurvei seluas 43.188 ha dan sudah didesain seluas 38.121 ha. Sementara yang dalam proses pekerjaan fisik kontruksi seluas 2.143 ha.
“Saat ini petani di Barambai, sudah tanam dua kali. Namun tanam pertama dengan menggunakan varietas lokal, produktivitasnya rendah yaitu 1,5-2 ton/ha. Sementara tanam kedua dengan varietas unggul, produktivitas naiknya 3-4 ton/ha," ungkap Sarwo Edhy.
Rendahnya produktivitas pada tanam pertama juga disebabkan suplai air ke sawah sangat kurang. Karena itu Sarwo berharap dengan Program Serasi masalah air dapat diatasi, begitu juga bibit.
Dengan program ini, Sarwo Edhy menargetkan lahan yang belum pernah tanam bisa tanam sekali, yang sudah tanam sekali bisa dua kali, yang sudah tanam dua kali bisa dijadikan tiga kali.
Sehingga terjadi optimalisasi dan nambah produksi untuk petani. Meski dalam optimasi lahan rawa tak semudah membalikkan telapak tangan, namun Sarwo optimis program Serasi bisa berhasil.
