Tampilkan di aplikasi

Teknologi sederhana menyiasati musim kemarau

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3906
9 Agustus 2021

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3906

Petani mewaspadai dan mengantisipasi kekeringan yang bakal menerjang lahan pertanaman agar tak gagal panen.

Sinar Tani
Sebagian besar wilayah Indonesia kini telah memasuki musim kemarau. Karena itu, petani perlu mewaspadai dan mengantisipasi kekeringan yang bakal menerjang lahan pertanaman agar tak gagal panen. Tantangan akan kebutuhan inovasi teknologi sederhana yang dapat diterapkan petani secara mandiri dan spesifik lokasi perlu dipikirkan bersama.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini akan mulai terjadi pada April 2021. Musim kemarau akan mulai dialami 22,8 persen Zona Musim (ZOM), yaitu beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.

Pada April hingga Mei lalu merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (masa pancaroba). Kendati demikian, terjadinya musim kemarau di sejumlah daerah tidak serentak.

Hasil peman tauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlang sung hingga Mei 2021 dengan intensitas yang terus melemah.

Menurut prediksi iklim 2021, Kepala Pusat Informasi Per ubahan Iklim, Dodo Gunawan merekomendasikan untuk mewaspadai potensi kekeringan di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, dan NTB yang puncaknya terjadi pada Juli dan Agustus.

“Waspadai potensi ketersediaan air tanah dan sesuaikan pola tanam dengan memilih varietas toleran kekeringan”, katanya. Bagaimana petani menghadapi kondisi iklim yang kian sulit ditebak? “Beberapa contoh teknologi sederhana adaptasi kekeringan yang dapat diterapkan oleh petani,” kata Elza Surmaini, Peneliti di Balai Penelitian Iklim dan Klimatologi,
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI