Tampilkan di aplikasi

Pertanian biopresisi mengobati lahan yang 'sakit'

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3907
16 Agustus 2021

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3907

Lahan pertanian

Sinar Tani
Kondisi lahan pertanian kini banyak yang “sakit”, tanah semakin jenuh dan kesuburan semakin berkurang. Ini terjadi karena makin minimnya unsur hara dalam tanah. Jika dibiarkan terus menerus, maka akan menghambat upaya peningkatan produksi padi secara nasional.

Minimnya unsur hara lahan pertanian, karena penggunaan pupuk sintetis dan pestisida yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan perilaku petani yang cenderung tidak rasional mengonsumsi pupuk urea (sintetis) melebihi dosis rekomendasi Kementerian Pertanian.

Dampak lahan yang sakit tersebut, produktivitas padi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir cenderung stagnan hanya berkisar 5 ton/hektar (ha) gabah kering giling (GKG). Jika kondisi itu dibiarkan, maka dikhawatirkan ancaman kerusakan ekologi yang makin meluas.

Untuk itu, perlu dilakukan inovasi untuk menyehatkan tanah demi keberlanjutan budidaya padi. Melihat kompleksitas persoalan ini, Fakultas Pertanian IPB University berkolaborasi dengan PT Prima Agro Tech, produsen penyedia solusi berbasis mikroba pertanian mengem bangkan penelitian Sustain able Bio Precision Rice Farming atau teknologi bio pertanian presisi.

Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Dr Sugiyanta bercerita saat era Bimbingan Massal (BIMAS) produksi padi mengalami kenaikan dari 3 ton/ha menjadi 4 ton/ha. Namun dalam 10 tahun terakhir ini produktivitas padi ratarata nasional stagnan dikisaran 5,1 ton/ha. “Hal ini karena kondisi lahan yang jenuh dan sakit akibat unsur organiknya kurang dari 1 persen. Kondisi lahan yang kekurangan unsur hara karena penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan,” katanya.
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI