Tampilkan di aplikasi

Kampung adat Cireundeu, pertahankan tradisi tak sentuh nasi

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3908
24 Agustus 2021

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3908

Kampung adat Cireundeu

Sinar Tani
“Teu boga sawah asal boga pare, teu boga pare asal boga beas, teu boga beas asal nyangu, teu nyangu asal dahar, teu dahar asal kuat.” “Jaga tempat urang heurin ku tangtung, mana urang aya di lingkung gunung taringgul batu, merenahna mindah-mindah rasa”.

Dua falsafah leluhur itu kini terus dipegang Masyarakat Kampung Adat Cireundeu dalam mempertahankan budaya me ngon sumsi singkong sebagai makanan pokok.

“Kalau dicermati, falsafah leluhur itu, mengingatkan tidak makan nasi dari padi pun, masyarakat bisa kuat. Singkong bagi masyarakat adat Cireundeu telah membuktikan selama bertahuntahun bahkan 100 tahun lebih, terbebas dari krisis pangan,” kata Humas Masyarakat Adat Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat, Kang Yana.

Falsfah kedua mengandung arti masa depan penuh dengan manusia dan dipastikan membutuhkan pangan yang semakin meningkat. “Kami ada di lingkungan gunung yang tidak terlalu subur dan sumber air berbatas untuk bertani padi. Sehingga menempatkan batiniah untuk kebiasaan makan dari makan nasi selain padi,” kata Kang Yana.

Di tengah sebagian masyarakat Indonesia tergantung pada nasi sebagai makanan pokok, masyarakat Adat Kampung Cireundeu justru bisa ‘merdeka’ dari nasi. Lebih dari satu abad mereka telah mengonsumsi singkong. Bahkan ketika sebagian masyarakat meng anggap singkong sebagai pangan inferior, justru bagi mereka mengonsumsi singkong merupakan bagian adaptasi lingkungan alam dan sosial.
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI