Tampilkan di aplikasi

Singkong memperkuat pangan untuk negeri

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3908
24 Agustus 2021

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3908

Singkong

Sinar Tani
Kenyang nggak harus Nasi. Slogan ini sudah sering kita dengar, kalau bukan sekarang kapan lagi kita berdiversifikasi pangan. Data menyebutkan sejak tahun 2014 hingga 2017 produksi singkong atau ubi kayu secara nasional selalu menurun.

Namun pada tahun 2018 mulai merambat naik me njadi 1,51 persen. Adapun lima provinsi dengan produksi singkong paling tinggi pada tahun 2018 adalah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Tercatat produksi nasional singkong 19 juta ton/tahun (BPS, 2018). Nilai perdagangan bahan baku singkong mencapai Rp.

20 triliun/tahun. Untuk produk turunan singkong pertama: tapioka 3,7 juta ton (2014) Rp. 18 trilyun; Pakan ternak 18,93 juta ton (2017) Rp. 6,5 triliun; Pangan 0,5 juta ton Rp. 4 triliun. Produk turunan singkong kedua: sorbitol, MSG, makanan olahan dll. Dari data tersebut terlihat masih cukup besar peluang pasar untuk singkong baik untuk olahan segar, olahan jadi maupun olahan Intermediate.

Permasalahan umum pada budidaya singkong adalah produktivitas dan pendapatan petani yang rendah. Rendahnya pr oduktivitas disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar seperti belum dilakukan pemupukan baik pupuk an-organik maupun organik.

Tanaman singkong sebagian besar dikembangkan secara vegetatif yakni dengan setek. Jenis bahan tanaman(varieta s/klon) ubi kayu yang banyak ditanam di Lampung antara lain adalah varietas UJ-3 (Thailand) varietas UJ-5 (Cassesart ) dan klon lokal (Barokah Manado Klenteng dan lain-lain).
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI