Tampilkan di aplikasi

Hasanuddin, penyuluh swadaya Aceh Tenggara, pengabdian mantan TKI ilegal

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3917
2 November 2021

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3917

Penyuluh Swadaya Aceh Tenggara

Sinar Tani
Mengenang masa lalu membuat Hasanuddin tegar di masa kini. Sewaktu lajang, ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk sebagai koki di kapal kargo dari Surabaya ke Singapura dan Malaysia. Namun tahun 2003, seusai menikah, ia berhenti berlayar yang telah digelutinya selama 5 tahun.

Bahkan dirinya pernah masuk bui di Negeri Jiran, Malaysia karena menjadi TKI ilegal dari Tanjung Balai. Karena ada tragedi pembakaran lapas, ia dipulangkan ke kampung halaman dengan sarung yang melekat di badannya. “Bahkan semua anak yang lahir saya gunakan sarung tersebut untuk ayunan,” kenangnya terharu.

Tahun 2006 dirinya bekerja di kebun orang dengan sistem bagi hasil. Pengalaman bertani kakao sudah digelutinya sejak tahun 2011. Ayah tiga anak kelahiran Sibolga 5 Maret 1973 ini saat ini bekerja sehari-hari sebagai petani dan Ketua Kelompok Tani Aramiko di Desa Cinta Damai, Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara.

Pelatihan dari Swiss Contact Semangat bertani kakao semakin menggebu setelah mengikuti pelatihan ke Sulawesi melalui Swiss Contact. Mengingat tahun 2011. Pengalaman pertama naik pesawat yang disponsori Swisscontact ini menjadi penyemangat. Bahkan anak bungsunya diberi nama Sauqi Swiss Januari.
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI