Di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, Climate Smart Agriculture menjadi senjata ampuh dalam menghadapi ancaman seperti El Nino.
Perubahan iklim, seperti el Nino, bisa menyebabkan musim kemarau panjang di Indonesia. Hal ini terjadi karena kenaikan suhu perairan yang meningkatkan suhu dan kelembaban atmosfir, menyebabkan kekeringan parah. Ancaman ini berdampak pada produktivitas padi dan ketahanan pangan.
Untuk menghadapinya, diperlukan penerapan Climate Smart Agriculture (CSA) yang mengurangi penggunaan air, pupuk kimia, dan pestisida, meningkatkan hasil yang berkualitas, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Kementerian Pertanian telah melakukan CSA melalui Program SIMURP sejak 2019 untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan petani serta mengurangi emisi gas rumah kaca demi ketahanan pangan berkelanjutan.
Produktivitas di demplot SIMURP (CSA) lebih tinggi dibandingkan dengan non CSA selama tahun 2020-2022, dengan selisih ratarata 0,44 ton/ha (2020), 0,64 ton/ha (2021), dan 0,65 ton/ha (2022). Data ini sejalan dengan hasil KSA oleh BPS di tingkat kabupaten. SIMURP juga mendukung pertumbuhan Kelembagaan ekonomi Petani dan Kelompok Wanita Tani, melibatkan petani muda untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan keluarga petani.
