Sembari mencari pengalaman dan menambah relasi untuk memperkuat silaturahim, saya mencoba menjadi guru TK hasil rekomendasi seorang teman. Saya memang terbiasa dengan anak-anak, karena saya merupakan anak tertua dari 9 bersaudara. Apalagi, setelah ibu meninggal, saya menggantikan peran ibu dalam mengatur keuangan juga tugas yang ada di rumah.
Dua jam waktu yang saya gunakan untuk mengajar di TK tersebut. Selebihnya, berdiskusi atau membuar rancangan pengajaran bersama sesama guru di sana. Sepulang mengajar, saya masih bisa mempersiapkan makan siang dan menjemput adik-adik di sekolah. Rutinitas yang mulai saya sesuaikan dengan jadwal mengajar.
Satu hal yang membuat saya benar-benar harus mengamalkan kata ikhlas, yakni ketika mendapatkan gaji pertama. Sempat kaget dan juga terpana, enam hari mengajar dalam seminggu, menggunakan bensin dengan membawa motor sendiri, secara logika tidak masuk akal dengan hasil yang saya terima. Untuk bensin pun sangat kurang.
Akan tetapi, yang menguatkan saya adalah niat diawal, yakni mengamalkan ilmu yang saya punya, menambah relasi, dan pengalaman. Toh, ini pun masih masa training. Kelak gajinya disesuaikan dengan lama masa mengajar, kata kepala sekolah yang langsung memberikan gaji pertama kepada saya.
Ketika keikhlasan bukan sebatas lisan, saya merasakan pertolongan Allah disana. Ada saja rejeki tak terduga yang datang. Dalam satu hari, saya mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Syukurku kepada-Mu ya Rabb, atas kemudahan yang Engkau berikan. Alhamdulillah, saya semakin yakin atas konsep rejeki dari Allah. Bukan dari gaji di mana kita bekerja, namun dari berbagai aspek kehidupan yang ada.
