Tampilkan di aplikasi

Makna secangkir Arabica

Majalah Swadaya - Edisi 199
28 Februari 2020

Majalah Swadaya - Edisi 199

Secangkir Arabica

Swadaya
Assalamu’alaikum, selamat pagi semuanya! Alhamdulillâh, setelah melalui perjalanan yang panjang, menyambangi hati, diri, dan bentangan ayatayat Allah Azza wa Jalla di semesta raya, pada pagi ini kita masih diberi kesempatan dan kesehatan oleh Zat Yang Mahakuasa untuk menikmati beragam nikmat dari-Nya.

Entah sudah berapa pagi, siang, atau pun sore yang sudah kita nikmati sensasinya selama hidup di dunia. Mari kita syukuri pagi ini dengan menghirup dalam-dalam aroma cinta yang menguar dari kepulan uap secangkir Arabica. Biarkan uap itu meruap merasuki pembuluh-pembuluh bronchus di paru-paru kita dan mengalir bersama bulir-bulir darah merah.

Lalu, cafein dalam uap itu akan melewati blood brain barrier dan memasuki labirin-labirin berdinding putih abu-abu yang terbangun dari lapisan spingolipid, fosfolipid, dan sekumpulan sel glia. Di dalamnya terdapat kompleks-kompleks kolumnar, membentuk tiang kolom, kulit otak.

Tampak beberapa sel trapezoid piramidal bertingkat menjela-jela. Menjalar ke dalam jaringan, kilat menyambar nyambar, petirnya beraneka warna, neurotransmitter namanya. Uap yang meruap dari secangkir kopi Arabica ada pula yang terdampar di area yang bernama dienchepalon.

Menelusuri ia melewati lorong sempit bak gang Kota Roma di seputar Fontanelle Treviso, melompat-lompat dia bak seberangi Jembatan Rialto di Venezia. Kemudian, terhenyaklah ia dalam ketakjuban yang mengejutkan, sama dengan kita yang terperangah menatap cantiknya lembahlembah Tuscany yang berbalut cahaya lembut menerobos tirai kabut.
Majalah Swadaya di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI