Tampilkan di aplikasi

Jangan tunggu alam marah

Majalah Swara Cinta - Edisi 79
15 September 2017

Majalah Swara Cinta - Edisi 79

Ada empat komponen isu dalam penanganan sedekah pohon, yaitu mustahik, pemberdayaan, lahan dan proses program.

Swara Cinta
Gambaran seperti yang dituliskan Ramadhan KH dalam puisi Priangan Si Jelita yang ditulis pada tahun 1956 itu susah kita bayangkan saat ini. Demikian pula lukisan Affandi tahun 1979 berjudul “Gunung Kapur Padalarang.” Entah di mana obyek yang pernah dilukis Affandi itu. Semua sudah berubah, hampir musnah, menyisakan kenangan pedih, tinggal tunggu waktu sampai hancur total.

Debu mengepul di pegunungan kapur Citatah, Bandung Barat. Truktruk besar hilir mudik mengangkut hasil tambang. Pekerja tambang menutupi sekujur tubuh dengan baju lengan panjang, celana panjang, dan sepatu boot. Mereka menggunakan kaos sebagai masker yang menutupi rambut, mulut, hidung dan mata dari pedihnya debu kapur.

Dua sisi yang terluka dalam proses ini: alam yang makin tergerus, dan kondisi sosial ekonomi warga sekitar yang bertahan di bawah garis kemiskinan, berprofesi sebagai buruh kasar penambang. Kawasan karst Citatah, Rajamandala, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, lain dulu lain sekarang. Bukit-bukit kapur yang dulu tegak kokoh, kini sebagian besar sudah rata dengan tanah.

Di sana terlihat bukit kapur yang botak, bopeng, dan terbelah menyisakan puing-puing kepedihan dan kekhawatiran akan datangnya bencana. Secara geohidrologi, sebagian besar daerahnya merupakan daerah resapan air. Namun akibat pemanfaatan ruang, terutama untuk pertambangan yang berlebihan yang kurang memerhatikan asas konservasi dan kelestarian lingkungan hidup, kawasan itu rusak dengan cepat.
Majalah Swara Cinta di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI