Tampilkan di aplikasi

Air untuk kehidupan

Majalah Swara Cinta - Edisi 79
15 September 2017

Majalah Swara Cinta - Edisi 79

Sumur di sini tidak pernah kering tapi airnya asin.

Swara Cinta
Peluh masih terlihat jelas di kening Djenab (52). Seusai istirahat selama 10 menit ibu tiga anak itu mesti kembali bergegas ke dermaga Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Jeriken kapasistas 30 liter yang ia bawa, membuat langkahnya tergopoh-gopoh. Sengatan terik matahari yang begitu panas tak ia hiraukan.

Di dermaga jeriken itu lantas dibariskan hingga memanjang. Karena tak sabar mengantri banyak warga yang nyaris terlibat baku hantam pada saat pendistribusian air bersih yang dibagikan oleh program CSR salah satu perusahan swasta asal Jakarta “Kalau air bersih datang, warga pada berebutan, tidak tertib dan ribut.

Supaya kita dapat banyak air, kita harus pintar meletakkan jeriken dekat selang air,” Kata Djenab warga RT 005, RW 01, Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara. Setelah jerikennya terisi penuh, Djenab belum bisa bernafas lega. Ia harus pulang sambil membopong jeriken berisi air dengan melintasi jalan setapak selebar 1 meter yang semennya telah mengelupas sejauh 96 meter.

Jika salah langkah dipastikan Djenab bisa tercebur ke laut yang berada di sisi kanan jalan. Resiko itu harus Djenab ambil, karena bila tak kebagian air bersih, mau tidak mau Djenab mesti membeli air dari PAM yang dikemas dalam galon seharga Rp 8 ribu atau menggunakan air sumur yang rasanya sudah menyerupai air laut.

“Mau bagaimana lagi, kalau air mahal orang pulau tetap beli, soalnya butuh. Kalau untuk minum harganya lebih mahal lagi Rp 18 ribu per galon,” ungkap wanita yang berprofesi sebagi penjual ikan hias itu. Kondisi ini setidaknya telah dialami warga Pulau Panggang sejak puluhan tahun lalu, bahkan hingga kini.
Majalah Swara Cinta di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI